Salam good parenting Ayah Bunda ^_^
Berikut ini adalah kisah perjalanan Bunda Abyz Wigati saat sharing parenting di Bumi Pratama Mandira (Kampung Rawa) Sumatera Selatan, pada tanggal 1 – 5 Maret 2019.
Welcome to Bumi Pratama Mandira
Buat saya, ini bukan kunjungan pertama, dua tahun yang lalu, Bulan Februari 2017, saya sudah pernah datang untuk memenuhi permintaan sharing pengetahuan seputar pendidikan anak untuk para ibu jamaah pengajian di dua masjid besar yang ada di sana.
Pengalaman perjalanan yang menegangkan plus perjumpaan dengan buaya muara dan berbagai kisah seru campur serem yang saya alami dahulu, jujur membuat saya keder saat diminta lagi untuk kembali mengawal proses pembelajaran di Bumi Pratama Mandira ini. Karenanya saya mengajak serta sang Matahari Hati (panggilan sayang untuk suami) untuk menemani sekaligus membantu proses pembelajarannya nanti. Alhamdulillah beliau bersedia, yeeeaaay…….. đ
Demi menghemat biaya, kami memilih berangkat pukul 01.00 dini hari menuju Bandara Juanda untuk bisa naik pesawat paling pagi menuju Bandar Lampung (karena harga tiketnya sudah dicek paling murah hehehe…).
Karena nervous dan lain sebagainya, sepanjang perjalanan perut saya terasa mules, setiba di Juanda gak habis-habis, bolak-balik ke toilet dengan tegang. Seusai kami menunaikan sholat subuh, panggilan boarding berkumandang. Alhamdulillah on time.
Baca juga: 7 Langkah Mudah Mengendalikan Emosi Saat Marah Kepada Anak
Transit di Bandara Soekarno Hatta, saya masih mules sampai lemes, untunglah ada Matahari Hati yang sigap membelikan makanan dan minuman hangat, agak gupuh juga sih beliaunya. Tapi Alhamdulillah masih aman.
Tepat pukul 8 pagi pesawat landing di Bandara Raden Intan Lampung. Setelah menunggu sekitar 1,5 jam, kami lanjut dengan menempuh perjalanan darat selama 9 jam. Perjalanan yang kami lalui aduhai asyiknya, penuh dengan lubang yang merata hampir di semua ruas jalan, ketika hujan deras dan angin kencang menyapa makin merasa mencekam. Melewati sunyinya kebun-kebun sawit dengan tanah basah nan licin. Ya Allah, hanya ucapan istighfar yang mampu terucap di mulut.
Alhamdulillah, Bapak Supri, supir mobil saat itu sudah sangat canggih dan lihai mengemudikan, hingga akhirnya tepat pukul 16.30 kami sampai di Rawajitu. Hujan mulai sedikit mereda, derasnya telah berganti gerimis. Kami menunggu sesaat untuk melanjutkan perjalanan naik speedboat, menyeberangi muara sungai menuju pemukiman di daerah rawa-rawa.
Air laut mulai pasang, hujan yang tempias membasahi tas ransel yang kami bawa. Sekitar satu jam perjalanan di air ini diiringi dengan terpaan angin yang cukup kencang. Beruntung sekali karena ada Matahari Hati yang mendampingi perjalanan menegangkan ini sehingga saya merasa lebih aman.
Menjelang senja hari, kami tiba di daratan rawa-rawa yang disambut bahagia oleh ibu-ibu.
Selamat Datang di Bumi Pratama Mandiri
Malam hari kami tinggal berdua, menikmati air payau yang berasa asin dan aneh, serangan nyamuk, dan berbagai suara hewan liar yang masih asing dengan telinga-entah apa nama hewannya.
Kami berdua saling menggenggam berbagi kekuatan.
Bagaimanapun, inilah sisi lain negeri kita, Inilah kehidupan pelosok nusantara, Inilah Indonesia. Kami akan di sini mengabdikan diri sampai beberapa hari ke depan.
Bismillah…. Bekerja dalam sunyi, mengabdi dengan hati.
Guruku Sayang – Guruku Membanggakan
Action pertama yg diagendakan adalah sharing dengan para guru mulai dari TK sampai SMA, pokok semua guru dari sekolah yg ada di Bumi Pratama Mandira.
Lelah dan kantuk yg belum tuntas diistirahatkan tidaklah jadi penghalang, sisa gerimis dan hembusan angin dingin tak jadi pengganggu untuk bersiap.
Baju yg tersimpan di tas ternyata basah oleh tempias hujan saat di speedboat, ya sudahlah cukup dikibas-kibas dan langsung pakai, hehehe…
Pukul 9.00 pagi para guru sudah berkumpul, lengkap dengan seragam kebanggaan berlogo PGRI. Sharing di sini menyeruakkan keharuan bagi saya. Keseriusan para guru untuk mencari solusi atas perilaku anak didiknya menjadi fokus diskusi yg menarik. Padahal tak jarang orangtua anak didik justru tak memberi perhatian.
Baca juga: Kids Festival 2019
Kasus anak sebatangkara yg tetap semangat sekolah, kasus anak dengan gangguan psikologis yg sulit tertangani, kasus pornografi dan pornoaksi, kasus luka batin yg berkepanjangan, dan buaanyaaak kasus teridentifikasi yg dibahas dengan penuh kesungguhan hati oleh para guru berdedikasi ini.
Sungguh, 6 jam waktu yg saya curahkan di forum ini tidaklah cukup untuk mengimbangi semangat belajar mereka yg luar biasa. Ibaratnya hanya setetes air embun yg mampir di atas hamparan lahan tandus, jauh dari cukup untuk menuntaskan dahaga ilmu pengasuhan anak yg dirasa.
Bapak-ibu guru yg mulia, semangatmu adalah keteladanan luar biasa. Meski upah dan balas karya jauh dari kepantasan jerih payah yg engkau lakukan, namun kesungguhanmu mendidik anak bangsa tak pernah surut. Tak ada fasilitas memadai untuk mengajar, ada yang hanya terima gaji tiga bulan sekali, ada yang terlilit hutang tiada henti. Tapi mereka tetap tangguh tiada keluh, setiap hari menunaikan tanggung jawab untuk menghantarkan anak-anak Kampung Rawa di Bumi Pratama Mandira menuju masa depan yg lebih baik.
Ya Allah, dengan mengumpulkan kerendahan hati, sungguh saya merasa sangat berarti bisa turut berperan di sini. Memenuhi kebutuhan dahaga ilmu dan skill yg sangat sulit mereka dapati.
Semoga semangat dan ketulusan yang luar biasa ini menjadi inspirasi bagi semua pendidik di seluruh penjuru negeri.
Ya Allah, kuatkan para guru hebat ini untuk terus menjadi teladan kebaikan, meski jauh dari keriuhan penghargaan, meski minim akses untuk sekedar mendapat perhatian.
Tetap Semangat ya bapak-ibu guru. Semoga menjadi nilai ibadah yg membawamu ke surgaNYA. Aamiin….
Senja mengakhiri proses belajar yang membahagiakan ini. Di tepi kanal, air masih tampak pasang. Pekerjaan rumah besar kami untuk besok adalah menumbuhkan kesadaran orangtua anak didik agar bisa bersinergi dengan para guru, untuk mengawal anak melalui pengasuhan yang tepat di era yang penuh tantangan ini.
Bismillah…. Akan mampukah kami menghadapi tantangan esok hari?
Sayonara Kampung Rawa
Minggu pagi di Bumi Pratama Mandira, saya dan suami bersiap untuk menjumpai ratusan orang tua yang berjubel memenuhi masjid besar Kampung Rawa. Salut dengan semangat belajar mereka yg luar biasa. Ada banyak sosok ayah yang juga ikut hadir.
Keluhan pola perilaku anak zaman now yang terpapar gadget secara berlebihan menjadi topik utama. Sekian banyak anak lebih peduli gadget daripada orang tuanya. Sementara, sekian banyak orangtua tak tahu harus berbuat apa dan bersikap bagaimana untuk menghadapi tingkah polah anakn yangg tidak lagi terkendali.
Pada kesempatan ini, kami berupaya memadukan materi belajar bersama bapak-ibu guru di hari sebelumnya. Mengikhtiarkan agar para orang tua bersedia untuk bersinergi dengan bapak ibu guru di sekolah dan memperlakukan anak sesuai dengan tahapan tumbuhkembangnya.
Guru sebagai partner mendidik anak, bukan mesin pencetak anak berprestasi. Pendidik anak utamanya tetap menjadi tanggung jawab orangtua. Seringkali memang, guru menjadi tumpuan harapan bagi orang tua yang merasa tak lagi sanggup mengatasi tingkah anak. Namun, tak jarang guru pun jadi sasaran kejengkelan anak dan orangtua.
Saling menyalahkan pun terjadi sementara prilaku anak tak berubah. Miris…
Proses belajar hari ini berlangsung selama 6 jam. Lelah? Pasti. Namun kami semua bahagia bisa saling belajar dan berbagi pengalaman.
Esok harinya, di hari terakhir jelang kepulangan kami. Anak-anak remaja tingkat SMP dan SMA berkumpul untuk sharing bersama kami. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk menggugah hati mereka agar berani mengubah diri, menumbuhkan kesadaran untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Ya Allah, tawa-tangis, bahagia dan haru, semua rasa campur aduk jadi satu. Anak-anak ini bukan tak berkualitas, namun mereka butuh penanganan yang tepat agar mampu bertumbuh menjadi orang dewasa yang berkualitas.
Akhirnya ‘upacara’ sayonara pun tak terhindarkan.
Alhamdulillah, saya berkesempatam berbuat sesuatu yang bermakna bagi kehidupan sebagian masyarakat di penjuru pelosok tanah air. Persoalan anak bangsa butuh peran kita semua dalam bentuk tindakan yang nyata.
Air pasang mengirim gelombang tinggi di perairan Bumi Pratama Mandiri. Membawa kami menjauh dan menghantar kembali ke daratan Lampung.
Mengakhiri kisah ini, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yg setinggi-tingginya bagi semua warga Bumi Pratama Mandira, semoga senantiasa diliputi kebaikan oleh Allah SWT. Aamiin yaa robbal ‘alamiin….
Good Parenting untuk Indonesia yang Lebih Baik