Salam sehat dan semangat ayah bunda ^_^ Seperti yang telah kami sampaikan di artikel Pernikahan dan Hubungan Keluarga, bahwa kondisi mental yang sehat insyaallah akan sangat membantu saat menghadapi masalah dengan pasangan atau anggota keluarga lainnya. Untuk itu perlu sekali menjaga kesehatan mental ya.
Nah, kelas parenting online kali ini tentang “Menjaga Kesehatan Mental Untuk Diri Sendiri dan Keluarga”. Kelas diadakan secara paralel melalui WAG dan zoom meeting. Kenapa ada dua kelas? Hal ini untuk mengakomodir kenyamanan para peserta karena ada yang kesulitan dengan zoom sehingga lebih nyaman menggunakan kulwap.
Fakta Tentang Tubuh
Masih ingat kan ya kutipan “Dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”. Dari pernyataan ini manusia berupaya maksimal memberi perhatian terhadap kesehatan fisik dan tubuh. Tapi upaya itu sebenarnya untuk meraih kesenangan dan ketenangan jiwa. Terkadang hal itu tidak mendatangkan kesenangan jiwa. Lalu muncul ketidakpuasan dari aktivitas tersebut.
Mengapa muncul hal demikian?
- Kesehatan mental ini adalah faktor pembentuk cara manusia beraktivitas sehari-hari
- Membentuk hubungan timbal balik manusia dengan lingkungannya
- Kesehatan mental yang tidak dikelola memiliki implikasi cukup besar terhadap kesehatan fisik
- Psikomatis dan penyakit kronis itu banyak terkait dengan psikologis juga
Informasi-informasi adalah stimulan yang diterima, didengar, dilihat, dan diserap sehingga membuat tubuh bereaksi. Nah, yang melakukan penerimaan stimulan adalah sistem kerja otak. Otak memberi tubuh untuk bereaksi pada tubuh. Mungkin lemas, bingung, takut, panik, kesal, dll yang disebut sebagai emosi negatif. Atau sebaliknya membuat senang, bahagia, bangga, yang biasa disebut emosi positif yang reaksinya tersenyum, tertawa, semangat, dan bergerak.
Mengapa bisa seperti itu?
Di otak ada ratusan sirkuit yang saling bertentangan dan saling mendukung. Di otak juga ada hormonal dan ada neurotransmiternya sehingga variasinya banyak. Seluruh bagian otak akan bertanggungjawab atas kondisi gangguan-gangguan psikologis atau mental disorder.
Jadi, kondisi psikologis kita adalah hasil kerja dari proses yang ada di otak dengan berbagai komponennya. Proses inilah yang terjadi karena stimulan yang masuk.
Stimulan itu apa?
Ya yang kita hadapi dalam kehidupan ini semua menjadi stimulan yang kemudian diproses di otak. Hal ini yang kemudian bisa menghasilkan persepsi yang bisa memunculkan perilaku positif ataupun negatif.
Nah, dimasa pandemi hal yang sudah menjadi rutinitas dijalani, dinikmati, dan direncanakan rapi. Tapi tiba-tiba harus dipaksa berubah yang tentunya menimbulkan konsekuensi.
Misalnya ibu-ibu yang biasanya belanja, arisan, atau pengajian. Tiba-tiba harus belanja online, gak bisa kumpul dengan teman. Pun dengan anak-anak yang awalnya bisa bermain dengan teman dan sekolah harus belajar di rumah.
Timbulnya Konflik
Perubahan yang mendadak dan spontan ini menimbulkan kondisi yang mengejutkan bagi tubuh. Otak manusia menjadi kaget, tubuh kaget, sistem saraf kaget. Situasi yang berbeda berpengaruh pada berubahnya sistem hormonal yang kemudian berlanjut pada pola berpikir dan berperilaku.
Kondisi tersebut sebenarnya adalah ketidaknyamanan akibat perubahan mendadak yang dipaksakan keadaan cenderung memicu konflik.
Awalnya merasa tidak nyaman menjadi konflik bagi diri sendiri. Kemudian diri sendiri bersikap uring-uringan. Sikap ini tentu tidak menyenangkan bagi orang lain sehingga berkembang menjadi konflik yang lebih besar.
Bayangkan keluarga kita masing-masing awalnya mengalami konflik diri sendiri tapi kemudian berpengaruh pada anggota keluarga lainnya. Sehingga menjadi konflik yang cukup besar. Misal pada ayah berpengaruh pada pekerjaannya. Sedangkan pada ibu berpengaruh pada cara memperlakukan anak, suami, bahkan teman atau tetangga.
Psikologis itu mental, terhubung langsung dengan pikiran, jika terganggu akan mempengaruhi neuro yang merupakan keseimbangan saraf dan otak. Lalu, jika keseimbangan ini turun akan mengganggu endocrine (kelenjar dan hormon) akibatnya imun atau daya tahan tubuh terganggu.
Jadi, kalau mental kita terjaga maka tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk menjaga kesehatan fisik tubuh kita tidak akan tercapai secara optimal. Bahkan bisa tak tercapai sama sekali.
Sudah jelas kan alasan kita perlu menjaga kesehatan mental baik untuk diri sendiri maupun keluarga kita?
Proses Pengendalian Diri Sendiri
Nah, bagaimana langkah mengatasi terganggunya mental kita dimasa pandemi?
Mengakui
Ketika kita mengalami ketidaknyamanan psikis, maka untuk bisa mengendalikan diri sendiri pertama kita harus mengakui bahwa saat ini sedang merasa tidak nyaman karena menghadapi situasi yang berbeda, tidak mengenakkan, membuat marah misalnya.
Menerima
Menerima bahwa kondisi ini menimbukan masalah dalam diri kita.
Mengubah Mindset
Masukkan kedalam mindset kita, hal ini bukan lagi masalah tapi tantangan. Izinkan pikiran membuat definisi bahwa masalah adalah tantangan yang bisa dihadapi. Kalau dalam konteks keluarga ini adalah tantangan bersama sekeluarga.
Secara teknis untuk bisa melakukan pengendalian diri sendiri bisa dibantu dengan inhale dan exhale. Tarik nafas, tahan, dan dilepaskan pelan-pelan. Diulang-ulang. Ini bermanfaat sekali karena saat kita bernafas adalah mengumpulkan oksigen untuk dialirkan ke otak kita. Sambil mengembuskan nafas sebenarnya itu adalah sarana kita dalam membuang emosi negatif yang berasal dari otak kita.
Mengandalikan Situasi, Bagaimana Caranya?
Setelah melakukan upaya pengendalian diri sendiri lanjut dengan mengendalikan situasi. Kaitannya dengan angota keluarga lain atau orang lain di sekitar kita.
Berkompromi
Kita perlu berkompromi dengan keadaan. Jadi, kita perlu mengubah beberapa hal yang awalnya menjadi standart saat kondisi normal. Misalnya, kalau dalam kondisi biasanya kita cukup mandi sehari dua kali, tapi dalam kondisi pandemi setiap habis keluar rumah kita harus mandi.
Misal dalam kondisi normal anak-anak pegang gadget hanya satu jam sehari, tapi dalam masa pandemi anak-anak diizinkan memakai gadget lebih lama sebagai sarana belajar dan komunikasi bersama teman.
Menjadi diri sendiri
Fokus pada potensi kekuatan diri kita dan menyiasati keterbatasan yang ada. Tidak perlu membandingkan keadaan diri kita dengan orang lain. Bahagiakan diri dengan apa yang kita miliki dan yakinlah bahwa potensi dan keterbatasan menjadi ciri khas. Tidak perlu dibandingkan dengan orang lain karena bisa membuat tidak bahagia. Lebih baik sadari dan kenali potensi yang kita miliki.
Berkolaborasi
Perlu disadari bahwa kita tidak mengalami kondisi ketidaknyamanan ini sendirian, orang lain pun mengalami kondisi yang sama atau dengan cara yang berbeda. Berkolaborasilah dengan anggota keluarga dan jangan menjadi beban sendiri. Ingat ya ayah bunda, fitrah manusia adalah makhluk sosial maka harus selalu melibarkan orang lain dalam berbagai persoalan yang kita hadapi.
Perilaku Ajaib
Melakukan aktivitas atau sesuatu yang bermakna untuk diri sendiri dan orang lain. Tidak usah membayangkan yang berat-berat, misalnya membuatkan kue favorit keluarga, menata rak buku, intinya melakukan sesuatu bersama-sama dengan anggota keluarga.
Bersyukur dan Menikmati
Hal-hal apapun yang sudah kita laksanakan coba kita masukkan dalam pikiran kita bahwa ada orang lain yang tidak bisa menikmati apa yang kita rasakan. Lalu, berbagai hal pun bisa kita syukuri dan nikmati.
Bahagia
Tidak hanya rasa syukur yang bisa membuat kita bahagia, tapi juga karena kita telah bisa berkompromi, menjadi diri sendiri, dan juga melakukan perilaku ajaib. Aura bahagia ini akan bisa sampai kepada orang-orang disekitar terutama anak-anak, suami, dan orang-orang yang tinggal bersama kita.
Self Awareness
Tidak kalah penting lagi adalah kesadaran diri yaitu tidak panik, takut, dan cemas. Dalam artian memperhatikan secara netral melalui sebuah proses menerima, tanpa menilai atau menghakimi. Kita tidak menyalahkan siapapun atas kondisi yang terjadi pada diri kita. Kita menyadari bahwa kondisi yang ada pada diri kita ini perlu kita perbaiki untuk kebaikan diri sendiri. Kebaikan ini pun akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitar.
Bagaimana caranya mencapai kesadaran diri ini?
Pegangan Spiritual
Spiritualisme saat ini makin berkembang sebagai jalan evakuasi bagi manusia yang didera rasa takut. Spiritual juga menjadi pemahaman untuk berefleksi dan memberi arti dalam hidup.
Spiritual merupakan hasil kerja otak dalam memahami stimulan yang diterima. Dengan pola pikir yang baik maka pemahaman spiritual akan lebih tepat sehingga bisa menjadi solusi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi.
Namun, bukan berarti dengan spiritual manusia bisa lepas dari permasalahan hidup yang dihadapi.
Spiritual menghantarkan stimulan untuk berpikir positif sehingga kelenjar dan hormon yang ada di otak memproses untuk menggerakkan manusia menuju perbaikan dengan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki.
Investasi Tepat di Kondisi New Normal
Nah, untuk mendukung kesehatan mental yang juga berhubungan untuk menjaga kesehatan fisik, investasi yang tepat di kondisi masa transisi menuju new normal adalah iman, kesehatan, dan ilmu.
Pertama, iman yang berkaitan dengan spiritual. Kedua, menjaga kesehatan melalui protokol kesehatan. Ketiga, ilmu dan keterampilan yang manfaatnya sangat besar untuk melakukan perbaikan-perbaikan.
Kita tidak harus berharap apalagi memaksa orang lain memiliki kesadaran. Namun, jika kita sendiri mau dengan sadar melakukan hal baik, menyampaikan hal baik, maka itu sangat membantu perbaikan bagi diri sendiri, lingkungan sekitar, bahkan dunia.
Jika pikiran bersih maka jiwa kita sehat, imun meningkat sehingga fisik tubuh kita pun lebih kuat untuk tetap sehat.
Mens sana in corpore sano (Di dalam Tubuh Yang Sehat Terdapat Jiwa Yang Kuat)
Semoga banyak hikmah dan peningkatan kualitas diri kita disepanjang kondisi new normal dan seterusnya. amiin
Sumber:
Materi Kulwap by Abyz Wigati
Desain all by Canva