Apa kabar ayah-bunda? Tema parenting untuk Sekolah Parenting Harum pada bulan ini adalah pengendalian emosi. Tapi lebih difokuskan pada pengendalian perilaku marah orang tua terhadap anak. Namun, bisa juga sih diterapkan untuk mengendalikan perilaku marah kepada orang lain.
Jadi, emosi dan marah adalah kondisi yang berbeda. Emosi itu bermacam-macam, ada bahagia, marah, dan sedih. Emosi itu bukan cuma marah saja karena saat bahagia pun namanya juga emosi. Nah, bisa dikatakan jika emosi ini bisa terjadi pada semua orang.
Orang mengekspresikan emosi dengan cara berbeda-beda. Misalnya pada saat bahagia orang biasanya tersenyum, tapi ada juga yang bersorak dan juga tertawa. Emosi sedih biasa diekspresikan dengan menangis, tertawa, getir, tersenyum kecut, dan menjerit. Sedangkan emosi marah biasanya diekspresikan dengan membentak, menyerang, ataupun menangis.
Nah, macam-macam emosi ini harus dikenalkan kepada anak-anak ya ayah-bunda ^_^
Alur Munculnya Perilaku Marah
Penjelasan runutnya kenapa kemudian pengendalian perilaku marah menjadi penting adalah sebagai berikut:
Perilaku marah muncul karena emosi marah yang ditimbulkan perilaku anak. Nah, ketika orang tua berperilaku marah maka bisa menimbulkan stress pada anak, akibatnya anak mangkel. Akhirnya otak emosi anak mengambil alih kendali, anak jadi tegang, dan fungsi otak yang belum optimal mengakibatkan anak bereaksi marah. Ketika anak marah, stress pada orang tua akan semakin meningkat dan emosi marah pun ikut naik.
Peristiwa ini dapat meningkat dengan sangat cepat. Pola untuk menghubungkan satu sama lain dapat menjadi reaksi otomatis. Misalnya: anak pulang sekolah dengan baju sangat kotor, orang tua marah dan menduga anak berkelahi dengan teman, juga karena harus mencuci baju lagi. Anak kesal karena sebenarnya dia baru saja menemukan permainan baru dengan teman-temannya. Tapi orang tua tidak memahami hal itu dan malah menuduhnya berkelahi. Orang tua dan anak-anak sama-sama berteriak marah
Untuk itulah orang tua perlu mengendalikan emosi marah agar anak juga tidak stress dan ikut marah. Jika kita tidak ingin meninggalkan memori negatif dalam diri anak maka sebagai orang tua, kita harus bisa mengendalikan emosi marah
Pengendalian Perilaku Marah Orang Tua Terhadap Anak
Marah boleh tapi perlaku marah harus dikendalikan
Marah adalah rasa yang muncul ketika kita mendapati sesuatu yang tidak berkesuaian dengan kebaikan menurut kita. Misalnya jengkel karena anak merusak kue yang telah kita buat. Nah, jengkel ini adalah sebuah emosi dan ini adalah fitroh manusia.
Ketika emosi, akan muncul perilaku marah yaitu dampak dari rasa marah yang muncul. Perilaku marah yang tidak terkendali maka akan diikuti perilaku negatif seperti membentak, memukul, mencubit, dll. Perilaku marah inilah yang harus dikendalikan.
Diam
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengendalikan perilaku marah adalah diam. Kok malah diam? Padahal biasanya kan kalau marah akan keluar kata tajam.
Iya, benar sekali ayah-bunda. Biasanya kata yang keluar dari seseorang yang sedang emosi marah sangat tidak terkontrol. Kalaupun sudah terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat thoyibah, seperti istighfar, taawudz, dll, tetap saja akan muncul dalam intonasi yang berbeda.
Kalau sudah keluar intonasi negatif maka kata baik pun akan menimbulkan aura negatif bagi yang mendengar. Hal inilah yang kemudian akan muncul kata-kata lain secara spontan.
Oleh karenanya, langkah pertama untuk mengendalikan perilaku marah adalah mengunci rapat-rapat mulut. Memang ini tidak mudah tapi jika dilatih bisa menjadi kebiasaan yang baik sehingga bisa mengendalikan perilaku marah.
Menarik Napas Panjang
Ayah-bunda, langkah kedua yang bisa kita lakukan setelah diam adalah segera menarik nafas panjang dari hidung. Kemudian tahan antara 5-10 detik dan keluarkan pelan-pelan lewat mulut. Ulangi langkah kedua ini setidaknya 3-5 kali atau lebih.
Mengapa harus menarik napas panjang?
Ketika manusia dalam keadaan emosi marah biasanya terjadi tekanan sehingga aliran darah terpacu mengalir ke atas. Nah, menarik napas adalah usaha untuk mengumpulkan oksigen yang kemudian ikut dalam aliran darah menuju ke ruang otak. Keadaan yang seperti ini akan membuat pikiran kita lebih rileks. Dada lebih lapang dan pikiran pun lebih tenang.
Mengingat Hal Paling Menyenangkan
Ketika dada sudah lebih lapang dan otak lebih segar, langkah selanjutnya untuk mengendalikan emosi marah adalah dengan mengingat hal yang paling menyenangkan bersama anak. Misalnya saat anak-anak baru lahir dan semua kebaikan yang pernah anak berikan kepada kita.
Kenapa? Ya supaya kita bisa merasa lebih senang dan bisa memberi senyuman tanda damai.
Biasanya mengingat hal baik bisa membuat kita senang apalagi hal yang lucu. Setidaknya bisa mengurangi hawa panas di kepala yang sedang tersulut emosi marah. Senyum adalah tanda damai kepada anak sehingga mereka tidak takut pada aura negatif yang tadi muncul.
Berpikir Positif
Upaya selanjutnya untuk mengendalikan perilaku marah adalah berpikir positif. Hal ini tidak mudah apalagi jika kesalahannya agak berat. Biasanya perilaku negatif anak lebih mendominasi di pikiran orang tua.
Tapi ayah bunda bisa mencoba berpikir positif terhadap perilaku anak yang sempat memancing kemarahan. Misalnya nih, anak pulang dalam kondisi baju yang kotor maka anak muncul kemarahan. Nah, kita bisa berpikir positif misalnya “oh, anak-anak sedang mengeksplorasi keingintahuannya tentang makhluk di dalam tanah sehingga bajunya kotor.”
Mengomunikasikannya dengan Anak
Kita juga perlu mengkomunikasikan dengan anak tentang perilaku anak yang memancing kemarahan anda pada waktu yang berbeda, ya ayah-bunda.
Mengapa perlu dikomunikasikan? Agar anak tidak mengulangi lagi jika itu adalah sebuah kesalahan. Atau jika itu (aktivitas anak yang membuat kita jengkal) adalah hal yang baik kita jelaskan kepada anak cara yang tepat melakukan hal tersebut.
Jadi tidak cukup hanya dengan mengendalikan emosi marah namun juga tetap perlu mengomunikasikannya. Harapannya anak-anak tidak terus-menerus mengulangi ulahnya.
Nah, untuk mengomunikasikannya pun saat kita sudah cooling down sehingga anak merasa nyaman karena intonasi bicara ayah-bunda sudah normal. Artinya tidak langsung pada saat terjadi dan pilih waktu yang peling tepat atau berikan jeda. Biasanya, menjelang tidur adalah waktu paling efektif
***
Itu dia ayah-bunda, langkah mengendalikan perilaku marah terhadap anak. Semoga hal-hal teknis tersebut bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi kebiasaan berperilaku marah. Tentunya tidak semudah penjelasan ya, butuh proses untuk bisa menjadi habbit.
Semoga bermanfaat ya. Mungkin ayah-bunda juga punyua tips berbeda, boleh share di kolom komentar ya.
Salam Good Parenting, untuk Indonesia yang lebih baik ^_^
Sumber gambar: Canva
2 Comments. Leave new
Trims mb Eni dan Bu Abyz
sama-sama bunda