Karena masih pandemi, kelas parenting di Sekolah Parenting Harum dilakukan secara online di zoom dan whatsapp group. Materi pada bulan September 2020 adalah tentang menumbuhkan kesadaran berperilaku positif pada anak.
Hal penting yang akan dibahas dalam kelas pengasuhan daring kali ini adalah menumbuhkan kesadaran. Yaitu tentang bagaimana proses yang dilakukan orang tua untuk menumbuhkan kesadaran dan bukan hanya membuat anak terbiasa melakukan.
Manusia Lebih Cenderung Berbuat Baik
Berperilaku baik atau positif pengertiannya sama dengan definisi beribadah atau perilaku yang sifatnya baik. Seperti yang sudah pernah diterangkan sebelumnya bahwa ada bagian otak manusia yang membedakan manusia dengan makhluk allah lain atau dalam hal ini hewan.
Pada bagian otak manusia ada yang disebut otak nalar yang fungsinya untuk membedakan baik-buruk ataupun benar-salah sehingga manusia bisa melakukan itu, dan beda dengan hewan. Nah, sebenarnya otak inilah yang membuat manusia punya kecenderungan berbuat baik atau hanif. Dan Allah SWT sudah menciptakannya seperti itu ^_^
Jadi, semua orang termasuk anak-anak sebenarnya punya kecenderungan untuk berbuat kebaikan. Akan tetapi otak nalar ini tidak langsung berfungsi secara optimal sejak usia 0 tahun tapi fungsi optimalnya baru dicapai setelah anak dewasa yaitu sekitar 18-21 tahun.
Karena belum optimal, perlu proses yang dilakukan untuk bisa menumbuhkan kesadaran pada anak agar bisa melakukan hal yang bersifat hanif secara sadar. Bukan berbuat baik karena iming-iming reward atau pun ancaman.
Ibadah atau perbuatan baik itu yang seperti apa?
Luas sih pengertiannya, ya misalnnya saja ibadah ritual kepada Allah SWT sebagai pencipta, ibadah sehari-hari terhadap manusia dan alam sekitarnya. Jadi, semua perbuatan atau perilaku yang sifatnya kebaikan atau hanif.
Kesadaran vs Kebiasaan
Kesadaran dan kebiasaan adalah hal yang berbeda. Ketika seseorang melakukan perbuatan baik dengan kesadaran maka dia akan melakukannya tanpa beban. Jadi bukan karena pamrih adanya iming-iming hadiah, juga bukan karena takut karena ancaman. Nah kalau melakukan kebaikan dengan kesadaran dia akan senang melakukannya.
Ada 3 hal sebab orang melakukan perbuatan baik yaitu karena takut ancaman, tertarik reward/iming-iming, dan kebiasaan (karena sering mendapat ancaman dan pamrih).
Berbeda dengan yang sifatnya kesadaran, maka melakukan perbuatan baik bisa tanpa beban rasa takut tapi benar-benar menyadari bahwa kebaikan ini baik untuk dirinya dan orang lain.
Perilaku Anak dan Respon
Perilaku positif atau negatif adalah respon dari stimulan yang diterima oleh anak. Dari stimulus kemudian ditangkap sistem sensorik dan diproses di sistem kognitif di otak. Lalu akan tersimpan di dalam memori.
Nah, yang tersimpan di memori ini kemudian memunculkan persepsi. Kalau persepsinya positif maka respon berupa perilaku positif dan sebaliknya.
Misalnya saja dalam hal sholat. Ketika stimulus yang diberikan adalah “kalau nggak sholat maka masuk neraka”, kemudian pesan tersebut ditangkap oleh sensori dan diproses dalam sistem kognitif. Lalu akan tersimpan di dalam memori dan memunculkan persepsi.
Persepsinya seperti apa?
- Kalau nggak sholat dimarahi
- Kalau nggak sholat masuk neraka
- Kalau nggak sholat ibu marah
Akibatnya persepsi yang muncul pada anak adalah sholat merupakan aktivitas yang kurang menyenangkan. Maka ini menimbulkan respon yang negatif dan juga berupa penoalakan.
Beda dengan stimulus positif misalnya mengajak anak sholat dengan kegembiraan dan secara bahagia maka akan memunculkan persepsi yang menyenangkan. Sehingga respon perilaku berupa perilaku positif.
Jadi stimulus itu besar pengaruhnya terhadap persepsi ya?
Persepsi Dipengaruhi 5 Hal Berikut!
Terkait dengan persepsi, biasanya kita sering bicara tentang persepsi atau sudut pandang. Bagaimana seseorang membangun persepsi di dalam dirinya itu dipengaruhi oleh 5 hal.
-
Harapan
Biasanya harapan berupa prasangka-prasangka dengan pemikiran, harapan, dan prasangka yang baik maka persepsi cenderung mengarah kepada hal baik.
-
Usia
Terkait dengan optimaliasi fungsi otak, semakin optimal maka persepsi mendekati ketepatan.
-
Emosi
Emosi yang positif membawa persepsi yang positif.
-
Budaya
Apa yang dialami anak/poengalaman dia diperlakukan saat proses tumbuh kembang oleh orang disekitarnya. Pengalaman dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
-
Pengalaman
Masing individu berbeda pengalaman sehingga memungkinkan tiap individu memiliki persepsi yang berbeda pula.
Menumbuhkan Kesadaran Berperilaku Positif pada Anak
Langkah-langkah menumbuhkan kesadaran berperilaku baik pada anak bisa dilakukan sesuai fase tumbuh kembangnya, ya ayah bunda.
1. Mulai dengan kebaikan yang menyenangkan (idealnya dilakukan pada anak usia 0 – ±7 tahun
Untuk anak usia 0 – ±7 tahun, ayah-bunda bisa melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
- Hindari kata wajib/harus, ancaman, hukuman, janji reward
- Perbanyak penjelasan positif dan apresiasi
- Perbanyak cerita yang menunjukkan peran Tuhan dalam hal kebaikan
- Sebisa mungkin libatkan anak di setiap aktivitas ibadah yang dilakukan orang tua (bukan memaksa anak untuk terlibat)
2. Bimbingan dan kehangatan (idealnya mulai usia tamyiz – baligh (± 7-14 tahun)
untuk anak usia ± 7-14 tahun, idealnya:
- Perbanyak diskusi tentang resiko, sebab-akibat, konsekwensi (lewat cerita atau pengalaman yang menunjukkan peran Tuhan, dalam situasi ‘gembira”)
- Mengenalkan hukuman dan reward dengan melibatkan anak dalam memahami etika bersikap
- Memberi kesempatan belajar dari kesalahan
- Konsisten
- Saling mengevaluasi dan memberi dukungan
3. Merawat kesadaran yang tumbuh
Pada anak fase 3, ayah-bunda bisa melakukan langkah berikut dalam menumbuhkan kesadaran berperilaku positif.
- Membersamai dalam menjalankan proses ibadah
- Menegaskan tanggung jawab masing-masing dalam berperilaku ibadah
Nah, jika anak pada fase 3 belum tumbuh kesadarannya, langkah di fase 1 dan 2 sebaiknya dilakukan dulu, tapi gunakan metode komunikasi untuk anak fase 3 yaitu tegas, santun dan ‘gaul’ ya, ayah-bunda.
Itu dia materi yang disampaikan Bunda Abyz dalam kelas pengasuhan daring Sekolah Parenting Harum pada bulan September.
Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini hingga selesai. Jika ada pertanyaan bisa dituliskan di kolom komentar atau ke email kami.
Salam good parenting untuk Indonesia yang lebih baik
Dari keluarga untuk bangsa