Halo, apa kabar Ayah-Bunda? [Selasa Sharing] di grup Alumni Sekolah Parenting Harum kali ini, Bu Abis membahas pertanyaan seseibu,
“Saya merasa memiliki karakter kurang bagus, karena saya tuh sering lalai dengan pekerjaan sehari-hari seperti ngangkat jemuran atau membuang sampah. Yang ingin saya tanyakan, apakah ini karakter atau karena ada yg nggak beres dengan kondisi psikologis saya?
Bunda Abyz pun mengajak para alumni untuk berdiskusi sembari mengingat beberapa materi parenting yang pernah dipelajari. Berikut beberapa jawaban dari para alumni:
Sepertinya dia harus mengenal dirinya dulu, Bu. Apa dari dulu begitu? Atau baru-baru ini? Kalau saya pribadi karena memang aktif, begitu terjadi hal seperti itu artinya ada masalah dengan diri saya.
Atau bisa jadi ada fase yang belum tuntas ya bu? Jadi kemandiriannya kurang. Mohon koreksinya ^_^
-Z-
Kata Bunda Abyz, sebelum berumah tangga seseibu tersebut tidak sadar dengan perilaku tersebut. Tapi setelah berumah tangga baru sadar.
Usia berapa bu? Barangkali sudah mulai 50 tahun keatas jadi kadang-kadang lupa. Kalau saya yang suka lupa-lupa gitu ya saya alarm dengan notes di hp biar ingat.
Kalau sudah terbiasa akan enak ngga pakai alarm.Atau mungkin karena pekerjaan ini kan ringan dan berulang jadi perlu pembiasaan. Sepertinya si ibu belum terbiasa.
-D-
Ternyata usia “seseorang yang bertanya” tersebut 35 tahun. Hehm… kira-kira apakah sering lalai tersebut karena faktor usia ya, Ayah-Bunda?
Atau mungkin karena pekerjaan ini kan ringan dan berulang jadi perlu pembiasaan. Sepertinya si ibu belum terbiasa.
Saya sering lupa kalau pas banyak pikiran. Tapi suami saya lebih parah. Bahkan udah saya buatkan jadwal pun beliau sering sekali lupa. Awalnya saya sebal tapi kok rasanya menghabiskan tenaga dan waktu ya. Ternyata ya memang sejak kecil suami saya ini tidak diajarkan disiplin gitu. Sejak kecil tidak diajak untuk berbagi pekerjaan. Kebetulan saudaranya cewek semua jadi sama mertua saya diperbolehkan enggak mengerjakan pekerjaan rumah.
-E-
Mengapa Saya Sering Lalai?
Nah, setelah beberapa alumni menjawab tiba giliran menyimak jawaban Bunda Abyz ya ^_^
Dalam KKBI, kata “lalai” berarti kurang hati-hati; tidak mengindahkan; tidak ingat karena asyik melakukan sesuatu; terlupa.
Kemungkinan terbesar memang di karakter ya. Karakter seseorang terbentuk dari proses pola asuh yang dialami dalam hidup bersama orangtua (keluarga yang mengasuh). Benar pendapat mbak -Z- dan seperti cerita mbak -E- bahwa cara orangtua memperlakukan anak terhadap suatu ‘pekerjaan’ rumahtangga akan terus terbawa sampai dewasa tanpa disadari.
Biasanya memang baru terasa saat sudah berumah tangga sendiri. Ya karena sudah tidak ada orang lain yang mengerjakan ^_^
Kalau di metode good parenting (materi-materi sekolah parenting harum), karakter positif itu merupakan tujuan jangka panjang pengasuhan yang ingin kita raih. Caranya adalah dengan menumbuhkan benih-benih yang sudah ada dalam diri anak.
Materinya sudah pernah disampaikan di Kelas Perdana Sekolah Parenting ya, Ayah-Bunda ^_^
Lalu, bagaimana jika sudah terlanjur?
Jika usia sudah dewasa, apalagi sudah berumah tangga baru ‘nyadar’ maka seperti pendapat mbak -D- fokus ke solusi memperbaiki. Misalnya pasang alarm, bagi tugas dengan pasangan, tidak bosan dan lelah untuk saling mengingatkan, bikin cek list activity dll.
Karakter Bertumbuh Melalui Proses Pola Asuh
Terkait karakter, sudah dijelaskan di materi sekolah parenting harum bahwa karakter bertumbuh melalui proses pola asuh yang dialami pada masa anak-anak. Ketidaktuntasan dalam proses menumbuhkan mental mandiri, peduli, tanggungjawab, dan disiplin bisa berdampak pada munculnya perilaku lalai.
Ada sebuah pengalaman dari Bunda Abyz yang mungkin bisa dijadikan pelajaran:
Setelah berulang kali mengingatkan suami dan memberi list catatan hal-hal yang harus dilakukan ternyata belum efektif juga. Maka saya pilih ‘menuntaskan’.
Misalnya, ketika suami lalai nggak menutup pintu lemari, saya panggil beliau dengan mesra, setelah datang ya saya persilakan nutup pintu lemari.
Saat beliau memenuhi pesanan saya membayar iuran air tanpa diingatkan, maka saya berikan apresiasi dengan pelukan dan ungkapan terima kasih.
Proses ini bagi kami lebih nyaman untuk dijalani. Namun, ada banyak hal juga yang perlu dikompromikan bersama terkait karakter.
Setiap pasangan punya metode yang bisa berbeda untuk mengatasi problematika rumahtangga.
Tetapi mengikhtiarkan perbaikan karakter diri sebagai orang tua adalah salah satu poin penting dalam menumbuhkembangkan karakter positif pada anak-anak kita
😊🙏
Sekian [Selasa Sharing] dari WAG Alumni Sekolah Parenting Harum, semoga bermanfaat dan mencerahkan untuk kita semua ya, Ayah-Bunda.
Jika ingin bertanya terkait materi sekolah parenting bisa tinggalkan komen atau mengisi form hubungi di laman ini.
Terima kasih
Salam Good Parenting – Untuk Indonesia yang Lebih Baik – Dari Keluarga untuk Bangsa