Bagaimana cara menumbuhkan situasi ramadhan yang tetap hangat, ceria, dan bahagia bersama keluarga?
Mungkin banyak ya ibu-ibu rumah tangga yang mengalami hal sama, bahwa di rentang usia yang berbeda penjelasan tentang berpuasa juga mau tidak mau harus berbeda juga. Bahkan ketika anak memasuki fase ketiga atau baligh ibadah puasanya menjadi wajib.
Oleh karenanya penjelasan tentang berpuasa harus dilakukan dan selalu diupayakan agar tidak berkesan memaksa tapi menumbuhkan kesadarannya. Jadi, misalkan si adik tidak melakukan aktivitas puasa yang sama dengan si kakak itu tidak menimbulkan situasi yang memanas gitu.
Anak Perlu Melalui Fase Belajar Puasa
Perlu kita sampaikan kepada anak-anak bahwa mereka bisa mulai belajar puasa secara bertahap. Sesuai kemampuan anak karena mereka belum baligh juga.
Misalnya puasa sampai duhur dan lanjut lagi puasa hingga azan maghrib. Sehingga orang tua tidak perlu menakut-nakuti anak dengan dosa dan neraka karena sebanarnya puasa memberi kita manfaat.
Jadi anak nggak kaget, yang tadinya belum pernah berpuasa sama sekali tiba-tiba harus puasa penuh. Nah tentu anak akan merasa tidak nyaman kan? Tetapi kalau itu dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan anak maka ini akan menjadi sebuah proses bertumbuhnya kesadaran. Hal ini terkait dengan kenyamanan atau menjalani puasa dengan rasa senang.
Bahwa secara psikis anak-anak tidak merasa terpaksa untuk melakukan puasa tapi merasa senang dalam menjalaninya. Mereka juga tidak merasa ditekan ketika lapar dan haus, boleh-boleh saja kan karena masih proses belajar.
Namun, biasanya anak-anak tidak lapar dan haus melainkan “kepingin” saja. Hal ini bisa dihadapi dengan mengalihkan perhatian mereka dengan aktivitas lain.
Orang Tua Banyak Berperan dalam Membantu Anak Belajar Puasa
Sebetulnya orangtua bisa banyak berperan dalam membantu anak belajar berpuasa. Orang tua tidak harus memaksa dan anak-anak pun tidak terpaksa namun mereka melakukannya dengan senang. Jadi yang tersimpan di memori bawah sadarnya adalah aktivitas puasa itu menyenangkan.
Untuk anak usia 7 tahun itu masih di tahap belajar berpuasa tapi sebenarnya yang dikenai kewajiban berpuasa itu kan orangtuanya. Orangtua wajib melatih anak yang sudah berusia 7 tahun untuk belajar berpuasa. Tetapi wajibnya berpuasa ketika anak sudah sudah memasuki waktu baligh.
Namun justru disinilah letak keseruannya. Pada bulan ramadhan masing-masing anggota keluarga sibuk beribadah. Misalnya ayah yang sering ke masjid, dirumah pun lebih banyak pegang dan membaca Al-qur’annya. Lalu, ibu juga mungkin lebih fokus dengan komunitas-komunitasnya untuk berbagi dan lain sebagainya.
Tidak dipungkiri juga orangtua mengalami kerepotan lain. Misalnya, kadang anak-anak sulit dibangunkan saat sahur, sulit dikondisikan untuk mau lebih banyak tadarus, belum lagi tugas sekolah atau pekerjaan yang harus dilakukan dalam keseharian.
Hal inilah yang kemudian menjadikan momen Ramadan yang istimewa bukan untuk pribadi dan diri sendiri melainkan dilakukan bersama-sama anggota keluarga. Mau nggak mau semua anggota keluarga perlu ikhtiar yang lebih tepat agar Ramadan benar-benar menjadi bulan yang istimewa.
Bagaimana caranya?
Keluarga adalah Partner Terhebat dalam Meraih Keberkahan Ramadan
Kita bisa mengawali bersama orang-orang terdekat yaitu keluarga yang merupakan partner terhebat dalam meraih keberkahan ramadhan.
Oleh karenanya setiap anggota keluarga perlu saling terlibat untuk bisa memunculkan dan menciptakan aura Ramadan yang penuh berkah. Jadi tidak hanya penuh dengan ibadah-ibadah tapi juga menjadikan kedekatan keluarga lebih intens dengan anak-anak. Proses ibadah yang dilakukan bersama-sama tidak kalah penting dengan tadarus, sholat malam, bahkan puasa itu sendiri.
Begitu juga dengan proses menympaikan dan mengajarkan tentang ibadah puasa kepada anak-anak. Sebisa mungkin tidak menjadi beban bagi anak-anak. Akan lebih menyenangkan apabila ketika bulan Ramadhan ada aktivitas-aktivitas istimewa dalam keluarga yang biasanya tidak ada dalam bulan-bulan lainnya.
Kesimpulan
Jadi, proses mengenalkan puasa itu konotasinya tidak hanya menjelaskan bahwa puasa itu tidak makan dan tidak minum. Tetapi proses mengenalkannya itu menggunakan istilah-istilah yang biasa di gunakan di bulan Ramadhan.
Lalu untuk mengenalkan untuk melakukan puasa itu sendiri bisa dimulai sesuai dengan kemampuan dan kemauan anak. Bila masih usia 4 tahun tapi dia memiliki kemauan ingin belajar puasa ya nggak papa. Ya kita istilahkan saja mau mencoba belajar puasa nah kemudian kita masuk untuk menjelaskan puasa itu tidak makan dan tidak minum sampai maghrib.
Namun ketika anak diusia 7 tahun maka ini sudah berbeda lagi yaitu kita perlu menjelaskan bahwa orangtuamu ini perlu melatih agar kamu mencoba berlatih berpuasa. Nah itu sudah bisa komunikasikan kepada anak 7 tahun. Sehingga proses kita mengajak anak berpuasa pada usia 7 tahun berbeda dengan anak usia balita.
Tetapi jangan sampai untuk bertahan supaya anak ini tetapi puasa dan mengabaikan keinginannya ini malah membuat keributan antara orangtua dan anak. Nanti jadi tidak hangat lagi ramadhannya.
Orang tua bisa mengalihkan dengan aktivitas yang lain sehingga tidak terasa mereka masih tetap berpuasa sampai waktu yang sudah disepakati untuk latihan.
Kehangatan ramadhan ini bukan karena jumlah atau kelengkapan anggota keluarga, tetapi sebuah proses dalam memunculkan aura serunya.
Jadi, untuk mengembangkan proses menciptakan kehangatan keluarga kuncinya adalah melibatkan keluarga dengan banyak berkomunikasi. Supaya anggota keluarga bisa saling mendukung melalui keterlibatan satu sama lain di dalam aktivitas saat Ramadan.