Bagaimana ya menyikapi anak yang terobesi dengan karir orang tuanya? Tidak sedikit loh anak-anak yang berkeinginan memiliki karir seperti ayah atau bundanya.
Namun, apakah hal terebut baik untuk anak? Bagaimana cara mengatasinya?
Kisah Seorang Anak yang Terobsesi dengan Karir Ayahnya
Pada sesi sharing kali ini di whatsapp group Sekolah Parenting Harum, Bunda Abyz menceritakan seorang remaja laki-laki yang terobsesi dengan karir ayahnya.
Jadi, ceritanya seorang anak remaja cowok, sebut saja A, dekat sekali dengan sosok ayah. Sejak dikaruniai anak, ayah dan ibu A banyak belajar ilmu parenting. Oleh karenanya si Ayah juga berperan aktif dalam proses pengasuhan sejak A masih dalam kandungan.
Nah, perkembangan selanjutnya si A tumbuh dengan kondisi fisik dan psikis yang menurut saya baik. Menelang dewasa ayahnya mulai menanyakan profesi yang dicita-citakan si A. Kemudian si A menjawab ingin jadi tentara seperti ayahnya.
Ayah A merasa khawatir. Hampir dalam segala hal, A selalu ingin seperti ayah. Makanan yang disukai sama dengan ayah, warna yang disukai sama dengan ayah. Bahkan model rambut, cara berjalan jug mirip. Pokoknya hampir semua aspek dia selalu menyamakan dengan ayahnya.
Si Ayah ingin A jadi diri sendiri. Tetapi A selalu bilang mau berprofesi seperti ayah, tidak ingin jadi yang lain. Ingin menjadi orang yang tegas dan disiplin seperti ayahnya.
Saya tanya kepada A, mengapa kok pingin seperti ayah?
Jawabnya singkat, “Karena ayahku baik dan hebat”
Jujur saya terharu mendengar jawaban itu. Satu sisi dorongan kuat ingin jadi seperti ayah memang pantas membuat ayah A jadi kuatir. Karena hal itu bisa membuat A jadi tidak menyadari potensi-potensi kekuatan dalam dirinya sendiri.
Dulu waktu masih di bawah 10th, anak saya Bening sering mengungkapkan keinginannya jadi seperti umi 😄 Tapi sejak memasuki fase remaja, Bening justru sering bilang gak mau seperti umi.
Anak-anak akan mengagumi dan mengidolai orangtua yang dinilainya baik. Namun sebagai orangtua perlu berhati-hati juga jika anak berlebihan dalam mengagumi orangtuanya, karena setiap individu punya potensi yang berbeda. Anak juga berhak mengenali dan menumbuhkembangkan potensi dirinya sendiri.
Lalu, kalau sudah kejadian begitu sebaiknya bagaimana? Atau bagaimana caranya mencegahnya?
Mencegahnya bisa dengan langkah-langkah yang ada di materi mengenali dan menumbuhkan potensi anak. Ayah-bunda bisa menyesuaikan dengan fase tumbuh kembang anak ya.
- Fase 1 dikenalkan dengan berbagai jenis profesi dan aktivitas bakat.
- Fase 2 diberikan kesempatan untuk mencoba berbagai aktivitas bakat.
- Fase 3 diberikan kesempatan untuk memilih yang berkesesuaian dengan dirinya.
Kalau mengatasinya, karena usianya sudah jelang dewasa, bisa dibantu dengan alat bantu assesment potensi diri. Pilih salah satu dari sekian banyak alat bantu tes. Kalau di Pondok Parenting Harum, biasanya akan diarahkan untuk menggunakan Talents Mapping. Tapi pakai tools yang lain juga tidak apa-apa 😊
Semoga bermanfaat ^_^