Banyak orang tua yang belum menyadari bahwa setiap anak memiliki keunikan masing-masing sejak lahir. Meskipun lahir dari rahim yang sama, perbedaan akan tetap ada dan bukanlah hal yang buruk. Namun, yang pasti anak-anak akan memiliki dua potensi yaitu potensi kekuatan dan keterbatasan.
Nah, jika orang tua mengenali dan memahami dua potensi ini maka bisa menjadi bekal dalam menumbuhkembangkan hal baik pada anak. Tidak hanya itu tetapi juga bisa mempermudah proses mengasuh dan mendidik anak-anak.
Mengapa bisa begitu?
Ya karena anak-anak membutuhkan perlakuan yang tepat sesuai dengan kondisinya masing-masing. Orang tua tidak bisa memperlakukan anak yang satu dengan yang lainnya secara sama.
Bunda Abyz Wigati menjelaskannya dalam sharing parenting bersama Pro 1 RRI Malang pada Selasa, 8 Maret 2021 lalu. Bertema Mengasah Potensi Kekuatan Anak, berikut adalah rangkumannya.
Anak Belum Menyadari Potensi Diri
Seringkali anak-anak belum menyadari bahwa dirinya memiliki potensi kekuatan dan potensi keterbatasan.
Keterbatasan biasanya disebut kelemahan oleh beberapa orang tua karena seringkali memaknainya sebagai sesuatu yang negatif. Padahal keterbatasan adalah penyeimbang dari potensi kekuatan.
Coba kalau manusia hanya punya potensi kekuatan saja, bisa jadi nanti memiliki karakter sombong. Merasa tidak membutuhkan bantuan orang lain dan egonya akan tinggi.
Sebagai contoh nyata, ada dua anak yang memiliki sifat berbeda. Si kakak yang kurang cekatan berbeda dengan si adik yang sangat cepat mengerjaan sesuatu. Nah, saat sudah tumbuh besar ternyata si kakak (yang tadinya dilihat kurang cekatan) ternyata memiliki potensi kekuatan yaitu menjadi orang yang sangat berhati-hati, teliti dan waspada.
Berbeda dengan si adik yang bisa cepat melakukan sesuatu tapi kurang teliti. Alangkah baiknya jika kakak beradik ini bisa menjadi tim ketika mengerjakan sesuatu sehingga bisa saling melengkapi.
Oleh karenanya orangtua perlu membantu mereka untuk mengenali dirinya sendiri. Orang tua perlu mengenali potensi kekuatan anak. Sehingga ketika kita sudah mengenali anak ini lemot/lambat maka kita bisa memperbaiki pola dalam memperlakukan anak, bahwa dia bukan lambat tetapi dia berhati-hati. Orangtua yang berpikir positif akan mengucapkan hal-hal yang positif pula.
Bagaimana Cara Mengasah Potensi Anak?
Mungkin beberapa orang tua berpikir bahwa mengikutkan anak les atau kursus adalah cara terbaik untuk mengasah potensi anak. Tidak selalu seperti itu ya Ayah Bunda.
Hal tersebut bisa menjadi salah satu langkah yang ditempuh apabila orangtua dan anak sudah sama-sama bisa menemukan dan mengenali bakatnya.
Lalu bagaimana caranya?
Pengamatan Perilaku Sehari-hari
Ayah Bunda bisa mengenali potensi anak melalui pengamatan perilakunya sehari-hari. Misalnya dengan cara mendekati dan akrab dengan anak-anak.
Mengenali potensi anak bisa juga dilakukan melalui proses berkomunikasi. Saat mendampingi anak-anak beraktivitas itulah sebenarnya orangtua bisa mengamati dan mengenali hal-hal yang kelihatan pada anak. Hal apakah yang membuat anak itu merasa bermakna.
Mengenali Potensi Sesuai Tahapan Usianya
Selanjutnya, Ayah dan Bunda bisa mengenali potensi anak sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya.
Usia Dini
Misalnya pada tahapan anak usia dini dikenalkan dengan berbagai macam bentuk potensi kekuatan dan potensi keterbatasan.
Jadi orang tua tidak boleh mengatakan ‘kamu jangan cengeng’ atau ‘kamu jangan diem aja”. Ayah Bunda bisa menunjukkan ‘orang yang diam itu bisa jadi dia itu pemikir’ jadi kita menjelaskan banyak hal tentang potensi kekuatan dan keterbatasan.
Boleh juga mengenalkan berbagai macam bakat dan atlet pada bidang olahraga, seperti bulutangkis, sepak bola dll. Orang tua bisa mengenalkan dan menyampaikan bahwa tidak mengapa tidak jago di bidang Bahasa Inggris tapi dia jago sepak bola.
Hal-hal yang seperti itu perlu sekali disampaikan pada anak usia dini. Mengapa? Karena pada proses mengenalkan berbagai macam potensi kekuatan dan keterbatasan akan tersimpan didalam memori pikiran bawah sadar anak.
Usia 7 Tahun
Nah, di tahapan usia sekitar 7 tahun atau usia anak sekolah, beri kesempatan pada mereka untuk mencoba berbagai macam jenis potensi kekuatan yang sudah dia kenali. Biasanya tanpa diminta pun anak-anak sering loh nyanyi-nyanyi sendiri dirumah atau lainnya.
Tapi diusia ini tahapannya masih mencoba-coba jadi biasanya berganti-ganti. Alangkah baiknya jika orangtua tidak terburu-buru melebeli “oh dia suka main gitar berarti dia punya potensi kekuatan atau bakat dibidang musik’ misalnya.
Sehingga pada tahapan usia ini memetakan potensi masih dalam tahapan mencoba-coba. Jadi sabar dulu jangan terburu-buru melebeli tapi diberi kesempatan sebanyak-banyaknya.
Usia Remaja
Nah, baru setelah usia remaja anak biasanya akan lebih fokus. Atau ada juga yang dinamakan tren minat, berbeda dengan potensi kekuatan yang sebenarnya ada didalam dirinya.
Tren minat terjadi ketika ada euphoria, misalnya ketika ada Indonesia menang dalam pertandingan bulutangkis. Maka akan banyak anak-anak hingga remaja bermain bulutangkis semua. Inilah yang disebut tren minat.
Perbedaan yang paling mencolok adalah kalau tren minat akan ada titik jenuh, bosan dan menginginkan mencoba yang lain. Tapi kalau itu adalah potensi yang ada didalam diri meskipun bosan tetap akan muncul ghairah untuk menekuni kembali.
Bagaimana Jika Anak Sudah Mengenali Potensinya?
Saat anak sudah mengenali potensi kekuatan dirinya maka membutuhkan dukungan orangtua untuk bisa mengasahnya atau menumbuh kembangkan potensinya.
Bagaimana caranya?
Yaitu dengan memberikan kesempatan pada anak untuk berani mengambil keputusan. Orang tua bisa menceritakan pengalaman diri sehingga menjadi pemantik bagi anak. Atau bisa juga dengan menceritakan tokoh lain melalui biografinya.
Terpenting adalah orang tua tidak memaksakan anak untuk mengikuti keinginannya. Potensi kekuatan orangtua dan anak bisa saja berbeda walaupun gen-nya sama. Oleh karenanya tidak boleh memaksakan keinginan orang tua karena bisa membuat anak down dan lemah.
Orang tua juga tidak baik jika terlalu banyak mendikte. Misalnya ya, anggaplah Ayah Bunda sudah melakukan langkah yang benar dan sudah mengenalkan sejak usia dini juga sudah memberi kesempatan untuk mencoba. Tetapi ketika anak sudah mengenali potensi yang ada didalam dirinya kemudian orangtua mendikte gitu.
Mendikte ini perlu dihindari karena anak tetap butuh kesempatan untuk diberikan proses belajar menentukan pilihan. Anak juga harus diberi kesempatan menumbuhkan kemampuan untuk berinisiatif dan menumbuhkan daya juangnya. Kalau didikte terus-menerus maka anak tidak akan memiliki inisiatif tanpa disuruh.
Oleh karenanya hal-hal seperti itu sangat perlu dihindari oleh para orangtua karena kadang-kadang orangtua tidak sabaran sehingga mendikte anaknya. Padahal bentuk dukungan seperti itu tidak tepat.
Sebagai orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tetapi orang tua juga perlu menyadari bahwa hal terbaik menurut orangtua belum tentu merupakan hal terbaik bagi anak di kehidupan masa depannya.
Mengapa?
Karena tantangan yang dihadapi oleh anak di jamannya nanti akan berbeda dengan tantangan dihadapi orang tua saat ini.
Yuk, sama-sama terus belajar menjadi orangtua yang bijaksana agar bisa menumbuh kembangkan anak dengan lebih tepat sesuai dengan kebutuhan anak.