Halo Ayah-Bunda, apa kabar? Kali ini Bunda Abyz akan membahas curhatan orang tua tentang anak fase pertama yang sering ngambek, rewel, dan nangis berkepanjangan. Pasti banyak ya Ayah-Bunda yang juga pernah menghadapi hal serupa?
Nah, sesuai dengan materi Memahami Tahapan Tumbuh Kembang Anak, untuk fase pertama perilaku-perilaku tersebut adalah normal. Namun, orangtua sebaiknya tetap menyikapi dengan lebih tepat.
Kalau untuk anak fase pertama fokus orang tua sebaiknya bukan langsung pada apa yang harus dilakukan (mandi, misalnya). Tapi pada apa yang sedang anak lakukan.
Misalnya nih kalau anak lagi bermain, maka bujuk dia untuk melakukan permainan yang bisa sambil mandi. Misal main gelembung sabun, main kucek-kucek baju, bikin tetesan air hujan, dan lainnya. Dengan begitu sistem kognitif akan memproses stimulus mandi sebagai aktivitas yang menyenangkan di pikiran bawah sadarnya.
Apa yang Harus Dilakukan Saat Anak Tantrum?
Ada nih bunda di WAG Alumni Sekolah Parenting yang bertanya, kalau anak tantrum sebaiknya bunda bagaimana?
Kata Bunda Abyz kalau anak nangis atau tantrum biarkan dulu (sambil Bunda tetap tersenyum). Nanti kalau anak sudah tidak lagi tantrum tetap harus dikasih penjelasan sikapnya mana yang baik dan perilaku anak mana yang perlu diperbaiki.
Boleh tidak misalnya anak angis eh emaknya malah nyanyi-nyanyi, dengan maksud menghibur? Boleh saja, kata Bunda Abyz ini pertanda emaknya waras. Kalau Bundanya bentak-bentak anak fase pertama itu malah tandanya eror.
Pada prinsipnya kalau anak sedang tantrum, rewel, ngambek, nangis, ataupun bikin kesal adalah orang tua fokus ke pengendalian diri sendiri dulu biar tidak ikutan tantrum. Nah, setelah anak baik-baik saja barulah diberi penjelasan dan menjelaskannya ini harus dengan sungguh-sungguh. Karena kalau tidak anak jadi nggak paham bahwa itu hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Lalu, Bagaimana Jika Anak Mengulang Perbuatannya?
Jika anak pada fase pertama mengulangi perbuatannya berarti ya diulangi juga penjelasannya. Beda lagi jika anak fase kedua yang mengulangi perbuatannya, perlakuan dan metode komunikasinya berbeda dengan anak fase pertama.
Melalui sharing parenting kali ini, ada juga Bunda alumni Sekolah Parenting Harum yang mengatakan bahwa anak kedua lebih “seru” daripada anak pertama. Kira-kira faktor apa sih yang mempengaruhi hal tersebut?
Nah, menurut Bunda Abyz, anak pertama cenderung sangat diharapkan dan ditunggu-tunggu kehadirannya, sementara banyak ibu (tidak semua) mengalami hamil anak kedua tanpa perencanaan (orang Jawa bilang kebobolan). Tanpa disadari ini berpengaruh terhadap sikap penerimaan.
Saat mengasuh anak pertama, orang tua belum punya pembanding. Sementara anak kedua cenderung dibandingkan dengan anak pertama tanpa sadar orang tua kerap menyatakan ‘yang pinter seperti kakak ya’ atau ‘kamu kok gak seperti kakak sih’ dll.
Di awal pengasuhan anak pertama, orangtuanya bisa sangat fokus. Sementara anak kedua sejak masih dalam kandungan sudah harus berbagi perhatian dengan kakaknya. Lalu, saat anak pertama akan punya adik kebanyakan merasa senang karena akan punya teman. Sementara jika anak kedua yang akan punya adek kebanyakan merasa bakal punya saingan tambahan.
Hal tersebut adalah beberapa fakta dari hasil riset yang diingat Bunda Abyz. Sepertinya, analisis lainnya juga masih banyak.
Nah, berdasarkan beberapa fakta anak kedua tersebut, membuat kecenderungan secara umum bahwa anak kedua lebih menyulitkan dalam proses pengasuhan. Namun yang perlu diingat itu bukan karakter dasar anak lho ya. Karena pada dasarnya semua anak baik dan punya benih-benih kebaikan yang sdh dibekalkan oleh Allah SWT.
Perilaku yang orang tua anggap negatif itu muncul karena dipengaruhi oleh apa yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh anak. Oleh karenanya untuk memperbaikinya mesti dimulai dengan memperbaiki cara orang tua menyikapi anak.
Itu dia sharing dari Bunda Abyz tentang mengatasi anak yang tantrum, semoga bermanfaat.
Salam good parenting untuk Indonesia yang lebih baik. Dari keluarga untuk bangsa.