Prinsip dalam komunikasi efektif adalah jika kita ingin dimengerti orang lain maka mengertilah orang lain. Nah, kalau kita ingin komunikasi kepada anak-anak itu efektif maka kita harus mau memahami terlebih dahulu kondisi anak-anak kita.
Pada artikel sebelumnya telah dibahas fase tumbuh kembang anak ya Bunda. Nah, sekarang kita juga perlu memahami kondisi anak dari sisi yang lain untuk berkomunikasi secara efektif.
Bagaimana Cara Berkomunikasi yang Baik dengan Anak?
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membangun komunikasi yang efektif, yaitu:
Menggunakan Bahasa yang Sesuai
Gunakan bahasa yang dipahami sesuai dengan fase tumbuh kembang anak. Misalnya, tidak menggunakan kata-kata (yang dipilih) untuk orang dewasa ketika berkomunikasi dengan balita.
Mimik Gestik yang Mendukung
Biasakan menggunakan mimic gestik yang mendukung. Jadi kita harus menyesuaikan diri pada posisi anak. Misalnya, anak balita posisinya lebih rendah dari kita maka sebaiknya kita berjongkok sehingga bisa kontak mata dengan nyaman dalam posisi yang pas. Harapannya anak bisa melihat wajah dan ekspresi kita.
Respon Positif
Merespon pernyataan atau kejadian secara tepat. Jadi responnya itu bisa dirasakan oleh anak. Misalnya ketika anak menyampaikan sesuatu dengan senang dan bangga maka kita bisa memberikan pujian sehingga anak merasa dihargai.
Kurangi Kata “Jangan”
Kata “jangan” biasanya justru akan diproses dalam sistem kognitif seperti perintah untuk dilakukan. Sehingga kalau masih ada pilihan kata tentang apa yang ingin Bunda lakukan maka pilih kata yang lain. Misalnya Bunda ingin anak duduk alih-alih berlari. Maka lebih baik kita mengatakan pada anak “duduk saja” bukan “jangan lari”.
Berkata yang Sebenarnya
Berkata yang sebenarnya kepada anak dengan kata-kata yang dipahami sesuai fase tumbuh kembangnya. Jadi hindari berbohong kepada anak. Nah, ketika kita tidak bisa menjawab pertanyaan anak maka katakanlah saya belum tahu jawabannya. Atau misal kita tahu jawabannya tapi bingung menyampaikan, ya kita sampaikan dengan jujur. Sebaiknya tidak menggunakan alasan-alasan atau jawaban yang tidak sebenarnya.
Menjadi Panutan
Ayah-Bunda bisa menjadi contoh atau panutan berbahasa yang baik. Pergunakanlah bahasa yang santun karena kita ingin anak-anak berbicara santun juga kepada orang lain. Bisa juga Bunda memilih menggunakan 5 kata ajaib.
Berkomunikasi dengan Hati
Berkomunikasilah dengan hati jika ingin komunikasi kita dengan anak lebih efektif. Misalnya, pada saat anak menyampaikan kesalahannya pada Bunda. Nah, saat kita hendak merespon kejadian tersebut dan ingin menyampaikan sesuatu kepada anak maka perhatikan hal berikut:
- Tunjukkan empati sekalipun anak telah melakukan kesalahan. Hal ini bertujuan agar anak tahu bahwa orang tua ada di pihaknya.
- Berikan apresiasi (bukan untuk kesalahannya) tapi kaitannya dengan hal baik yang sudah dia lakukan. Misalnya telah membicarakan masalahnya dengan orang tua.
- Setelah itu kita berikan penjelasan, kalau perlu sebelum memberikan penjelasan kita jeda dulu. Misalnya minum dulu, mandi dulu, sehingga saat memberikan penjelasan Bunda dalam kondisi yang stabil dan tidak emosional.
Berkomunikasi Sesuai Fase Tumbuh Kembang Anak
Ayah-Bunda juga perlu memperhatikan fase tumbuh kembang anak jika ingin berkomunikasi secara efektif. Di fase pertama anak masih suka bermain, bersenang-senang, dan belajar tata karma. Maka komunikasi kita adalah apresiatif, menggunakan bujuk rayu, dan memuji-muji.
Pada anak fase kedua, selain apresiatif bisa diikuti dengan ketegasan dan kesantunan. Ayah-Bunda bisa lebih banyak memberikan contoh pada fase ini.
Lalu, pada fase ketiga anak-anak lebih dekat dan percaya teman sebayanya. Maka pola komunikasi kita selain apresiatif, tegas, dan santun juga harus ada unsur gaul sehingga anak nyaman ketika diajak berkomunikasi.
Gaya Belajar dan Potensi
Selain hal-hal tersebut, yang perlu diperhatikan dalam komunikasi efektif Ayah-Bunda juga perlu memahami gaya belajar anak. Hal ini dikarenakan proses komunikasi yang efektif juga bisa dicapai ketika cara komunikasi kita berkesuaian dengan gaya belajar anak.
Begitu juga dengan potensi yang berbeda pada setiap anak. Setiap manusia memiliki potensi kekuatan dan potensi keterbatasan. Nah kaitannya dengan potensi ini biasanya terkait dengan bakat minat dan kecerdasan majemuk yang dimiliki anak.
Jadi ada bakat dan kecerdasan majemuk yang sangat kuat pada anak, namun ada juga yang terbatas. Sehingga kita tidak bisa menyamakan dalam mengomunikasikan sesuatu kepada anak karena ada yang cepet paham ada yang lebih lama.
Misalkan, ada anak yang punya potensi kekuatan tinggi di bidang matematis logis (logical matematik) maka ketika berbicara angka akan lebih cepat paham. Namun bisa jadi dia punya potensi keterbatasan di bidang seni sehingga ketika kita mengomunikasikan seni maka dia akan lambat pahamnya.
Jadi, kita tidak boleh memberikan label, oh anak ini memang cepet paham atau lambat paham Karena tergantung yang dikomunikasikan ini dalam hal apa.
Kebutuhan Dasar Emosi
Biasanya seseorang akan lebih mudah dan nyaman diajak komunikasi jika kebutuhan dasar emosinya terpenuhi. Nah, apa saja kebutuhan dasar emosi itu? Bisa dibaca pada artikel tangki cinta.
Itu dia tips berkomunikasi efektif dengan anak, selamat mencoba ya Ayah Bunda. Semoga bermanfaat.
Salam good parenting untuk Indonesia yang lebih baik, dari kaluarga untuk bangsa.