Beberapa waktu lalu, salah satu alumni Sekolah Parenting Harum curhat nih tentang perasaan bahagiannya menjadi bagian dari Sekolah Parenting.
Berikut kisahnya:
Saya seneng ngikuti webinar parenting. Alhamdulillah, ilmu itu bagaikan puzzle. Mereka saling terkait dan melengkapi. Tapi di sini saya dapat dasar-dasarnya yang sangat bermanfaat buat saya pribadi juga orang-orang sekitar saya.
Karena ilmunya aplikatif, nggak berasa teoritis aja. Ini salah satu keunggulannya di sini, dan bisa ngobrol sama Bu Abyz kapan aja hehehe, nggak perlu khawatir di judge, dan ademm alhamdulillah
Salah satu yang paling nancap adalah tentang pengendalian perilaku marah. Rasanya kayak UNAS hampir tiap hari ada aja yang kadang menggelitik, karena fase anak-anak saya sama. Jarak usianya dekat (4,5 tahun & 3tahun) tapi ketika saya mencoba berusaha sadar dan mempratekkan ilmu-ilmunya, masyaallah jadi lebih tenang, lebih mudah berpikir jernih.
Sekarang anak-anak kalau agak rewel bisa saya komunikasikan dengan tenang insyaallah. Terus mereka senyum-senyum nggak jadi marah hehe. Yang nancep di otak adalah mereka sedang berproses, mereka sedang belajar untuk perkembangan mereka. Alhamdulillah
Terus saya kasih kertas satu per satu, saya tuliskan namanya sambil saya bacain buat pengenalan aja dan saya kasih emot. Saya kasih bintang kalau mereka berperilaku baik, selain saya peluk dan cium. Kalau marah, saya cukup bilang misalnya, “Wah mas mau nggambar marah ya di kertas mas?” Terus dia senyum-senyum nggak jadi marah..
Walaupun kadang tetep ada yang butuh mikir lagi, tapi setidaknya dengan mengontrol diri rasanya jadi lebih bahagia dan meminimalisir penyesalan. Makasih Bu Abyz dan tim, barokallah..
Saya orangnya moody banget, jadi kalau gitu-gitu aja berasa hari saya nggak enak hehe. Jadi sesuatu itu saya anggap tantangan untuk upgrade diri, bukannya bikin hari saya makin nggak asyik. Saling mendoakan dan menguatkan ya buibu, bismillah belajar lagi dan terus.
Nah, menurut Bunda Abyz, sebenarnya yang dilakukan Bunda tersebut sudah tepat. Ukuran benar salah itu beda-beda tiap orang. Kalo soal pengendalian diri emang yang cocok buat yang lain belum tentu pas buat diri kita.
Penjelasannya bahwa kondisi emosi negatif itu ya pasti merugikan kalo gak dikelola dengan baik. Itu saja sih, selebihnya ingat teori tentang optimalisasi fungsi otak nalar. Karena bagian otak inilah yang mengendalikan perilaku.
Tarik nafas, moving, dan langkah-langkah lainnya merupakan ikhtiar agar otak nalar berfungsi optimal dalam proses pengendalian ini. Sedangkan untuk penyaluran dan pemulihan tiap orang bisa menemukan cara yang lebih tepat. Konsultasi dan terapi adalah salah satu jalan untuk berproses menemukan cara yang lebih tepat.
Memori pikiran bawah sadar akan terpanggil dalam bentuk reaksi spontan saat berada dlm kondisi emosi negatif (tekanan/tertekan). Makanya perilaku-perilaku marahnya juga kerap tidak disadari. Misal gak merasa membentak padahal sudah bentak-bentak.
Perasaan tertekan itu sendiri memang tidak selalu karena ‘ulah’ orang lain (anak, pasangan dll). Tapi bisa jadi hanya karena asumsi yang muncul dihubungkan dengan isi memori pikiran bawah sadarnya.
Misal, ketika dulu kerap dihina maka saat sekarang pas dalam kondisi banyak masalah terus diguyoni akan mendorong berasumsi dihina. Lalu muncullah reaksi spontan berupa perilaku yang sulit dikendalikan oleh otak nalar.
Nah, makanya reaksi spontan disebut ‘perilaku asli’ karena munculnya spontan. Tidak dipikir dulu, ibarat jeruk yang ditekan pasti keluarnya air jeruk.
Emosi marah memang tidak bisa hilang, tapi bisa dikendalikan. Untuk bisa mengendalikannya butuh terapi agar jadi terlatih. Alhamdulillah jika sudah mendingan berarti sudah berproses terlatih mengendalikan marah. Insyaallah progresnya akan semakin baik.
Semoga bermanfaat ^_^