Halo Ayah-Bunda, apa kabar? Semoga tetap sehat dan semangat good parenting ya …
Selasa sharing di WAG Alumni sekolah parenting kali ini ada Bunda R yang bercerita tentang pengalamannya di rumah.
“Beberapa waktu lalu sempat anak-anak ini kerap bertengkar kecil dan berebut barang. Usia mereka 4 tahun lebih dan 2,5 tahun lebih.
Saya dan suami sempat “lupa”, ambil shortcut yang nggak baik sebenarnya. Bilang, kalau bertengkar terus Bunda simpan aja.
Saya pikir-pikir kok nggak sehat bage. Belum lagi kalau-kalau bakalan dicopy sama anak2. Akhirnya saya mencoba, saya teringat pernah bisa mengubah kesulitan menjadi tantangan.
Saya coba mikir, setiap kali anak menangis karena bertengkar, gimana caranya biar mereka paham kalau saudara itu perlunya saling berbagi, saling menyayangi, dan belajar komunikasi yang baik.
Saya terima dulu dan berproses memahami kalau fase mereka memang seperti itu, hanya perlu dibekali itu tadi. Bismillah, Sering-sering saya sampaikan sesuatu yang intinya “yuk saling berbagi, katakana dengan baik”.
Alhamdulillah, mereka mulai terlatih untuk mencoba apa yang saya katakan itu. Ayahnya juga “kesetrum” kalau anak-anak rawan bertengkat ditreatment atau diperlakukan seperti saya melakukannya begitu.
Tapi tetap saja anak-anak belum sepenuhnya paham. Kalau anak yang satu masih kekeuh nggak mau berbagi, saudaranya nya bakal meluk dan nyium pipinya, akhirnya luluhdeh. Treatment ini untuk sibling, mereka kalau ke teman atau saudara lain hanya menyampaikan baik-baik, tidak ada peluk cium.
Alhamdulillah, memang anak-anak bisa mengajarkan banyak hal kepada orang dewasa di sekitar mereka. Untuk selalu belajar menggunakan kata-kata positif, meminimalisir kata-kata negative.”
Keren ya sharing dari Bunda R ^_^
Memang faktanya tidak selalu mudah saat menjelaskan pada anak fase pertama. Mereka cenderung belum paham sehingga terkesan mengabaikan (no reken) atas ucapan orangtuanya. Tapi percayalah, bahwa setiap penjelasan yang kita sampaikan itu terproses oleh sistem kognitifnya dan tersimpan di memori otaknya.
Penjelasan ataupun ajakan yang positif akan membuat anak merasa nyaman dibandingkan dengan ancaman atau kalimat negatif lainnya. Jadi merupakan stimulus positif, maka akan menghasilkan persepsi dalam pemahaman anak sehingga anak pun bisa merespon dalam bentuk perilaku yang positif juga.
Penjelasan lengkap dan detailnya ada di materi Menumbuhkan Kesadaran Berperilaku Positif, silakan dibaca-baca lagi ya ^_^
Manfaat Kata-kata Positif yang Sering Diucapkan Kepada Anak
Kata adalah mantra, begitu kata banyak orang ya, Bunda. Tidak sedikit penelitian yang menunjukkan bahwa kata-kata memiliki dampak yang luar biasa bagi pendengarnya. Tak terkecuali anak-anak.
Oleh karenanya sebagai orang tua kita harus hati-hati dalam memilih kata-kata yang dilontarkan kepada anak. Dampaknya luar biasa loh pada karakter dan kepribadian anak-anak.
Lalu, apa manfaat kata-kata positif seperti menyampaikan perasaan sayang, ucapan terima kasih, permintaan maaf, anak baik, dan apresiasi untuk anak?
Jika Bunda sering mengucapkan kata positif tersebut akan terbangun bonding dengan anak-anak. Selain itu mereka akan merasa disayang sehingga akan berpengaruh pada citra diri mereka suatu hari nanti.
Anak-anak juga akan merasa lebih percaya diri karena sering mendengarkan kata-kata positif dari orang tua. Dan tentu saja, mereka pun akan berperilaku positif sebagai respon atas stimulus positif yang diberikan orang tua.
Apakah Ayah-Bunda sudah mengucapkan kata-kata positif kepada anak-anak hari ini?
Salam good parenting, untuk Indonesia yang lebih baik. Dari keluarga untuk bangsa.