Bagaimana cara melindungi anak tanpa overprotektif? Pada umumnya orang tua ingin melindungi anaknya karena tidak mau buah hatinya mengalami hal yang tidak menyenangkan. Pernah tidak, Ayah-Bunda melarang anak melakukan ini dan itu, sebagai dalih perlindungan?
Nah, cara orang tua dalam memberikan perlindungan untuk anak-anak – bahkan sering, tanpa disadari justru menggunakan cara yang berlebihan (overprotektif). Hal inilah yang kemudian dapat menghambat tumbuh kembang anak.
Bagaimana Dampak Overprotektif pada Anak?
Dampak overprotektif akan dirasakan oleh anak, namun dampak ini muncul di waktu yang akan datang, di masa tumbuh kembang berikutnya. Jadi seringkali orang tua tidak menyadari bahwa cara yang seperti ini tidak tepat atau over. Sehingga ketika melakukan perlindungan berlebihan memang orang tua tidak menyadari karena memang tidak ada niat.
Ayah-Bunda, sebenarnya overprotektif adalah sifat yang dimiliki oleh kita semua. Rasa khawatir atau cemas berlebihan sebenarnya bertujuan ingin melindungi anak-anak.
Pada dasarnya yang dipikirkan orang tua adalah keselamatan anak. Bagus dong ya? Sejauh masih positif sih gak papa ya. Tapi kalau sudah cenderung mengarah ke efek negatif ini yang perlu dihindari.
Lalu, bagaimana kita bisa melihat apakah orang tua sudah masuk ranah overprotektif?
Yaitu dengan melihat cara kita (orang tua) memperlakukan anak-anak. Kalau orang tua melihat anak-anak mungkin tidak terjadi apa-apa dan merasa wajar. Tapi coba lihat langsung pada diri ayah-bunda.
Misalnya saja, orang tua lebih banyak mengatur anak-anak tapi tetap melakukan pembenaran dengan mengatakan bahwa yang namanya anak-anak memang harus diatur. Contoh nyata nih saat puasa Ramadhan, orang tua serba mengatur anak-anak dengan dalih “demi kebaikan dan keselamatan anak”.
Nah, jika diingat-ingat lagi, saat seusia anak bagian mana sih yang ayah-bunda sebal sekali ketika harus diatur bahkan untuk hal kecil sekalipun? Seolah-olah apa yang dilakukan anak-anak harus sesuai dengan keinginan orang tua, inilah yang disebut overprotektif.
Contoh lain yang sederhana nih, orang tua biasanya meminta anak memakai kaos yang lebih nyaman saat bermain di luar rumah. Kita lupa kalau bahwa sebenarnya anak-anak lebih memperhatikan penampilan atau ingin memamerkan baju favoritnya.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan orang tua?
Setiap orang tua ada rasa khawatir dengan keselamatan anak. Tapi ya tidak perlu sampai berlebihan dan menakut-nakuti anak dengan kata-kata yang mengkhawatirkan.
Misalnya saja saat anak baru belajar naik sepeda. Belum juga mulai orang tua yang overprotektif akan melarang karena nanti bisa jatuh. Padahal sebenarnya ayah bunda hanya perlu membimbing atau mengajarkan pada anak bagaimana cara naik sepeda supaya tidak terluka.
Anak Kurang Bisa Menghadapi Tantangan
Segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik, termasuk juga pengasuhan orang tua karena pasti berdampak pada anak di masa yang akan datang.
Misalnya saja kegagalan. Jika orang tua memberikan perlindungan yang berlebihan pada kehidupan anak-anak maka akan membuat mereka tidak bisa belajar tentang kegagalan. Serta tidak bisa menguatkan mental anak-anak dalam menghadapi kegagalan.
Kurang Mandiri dan Tidak Bisa Belajar Bertanggung Jawab
Jika orang tua terlalu melindungi anak-anak sejak dini, mereka tidak mengenal kerja keras, beban dan tanggung jawab. Akibatnya tidak akan tumbuh mental mandiri dalam diri anak di masa yang akan datang.
Pentingnya Memberikan Penjelasan Bukan Cuma Larangan
Sebagai orang tua, tentunya kita juga ingin agar anak bisa belajar memahami resiko dalam kehidupannya. Oleh karenanya kita perlu memberikan penjelasan kepada anak tentang resiko-resiko tersebut.
Contohnya sih saat anak-anak ingin kumpul dengan teman-temannya selama pandemi. Hal ini butuh penjelasan, bukan cuma larangan. Penjelasan inilah yang akan membuat anak-anak tahu tentang resiko yang akan dihadapi.
Bagaimana Cara Mengubah Pola Asuh Overprotektif?
Pertama, dengan cara melihat tandanya pada diri kita. Kalau sudah menyadari bahwa pola asuh kita cenderung overprotektif maka yang perlu kita lakukan adalah mengubah pola komunikasi.
Jika tadinya memberikan larangan saja diganti dengan pola komunikasi penjelasan resiko dan manfaat. Misalnya, memberikan perlindungan dengan melarang, diganti dengan memberikan penjelasan.
Kedua, orang tua fokus pada kondisi anak dan tantangan yang harus mereka hadapi di masa yang akan datang. Pernah dengar kan kalimat “didiklah anak sesuai zamannya” maka cara kita mendidik anak ya harus sesuaikan dengan tantangan di zamannya. Jadi, tidak hanya untuk kepentingan saat ini tapi juga kepentingan di masa depan anak-anak.
Kalau orang tua bisa fokus pada diri masing-masing, maka akan menyadari bahwa perlindungan yang orang tua berikan kepada anak juga memberikan dukungan dan stimulus untuk anak siap meghadapi tantangan dan mengatasinya.
Salam Good Parenting, untuk Indonesia yang Lebih Baik. Dari Keluarga untuk Bangsa