Seberapa pentingkah sosok ayah dalam mengawal perkembangan anak perempuan?
Sosok ayah memiliki hormon testosteron yang bisa mempengaruhi pola pikir, baik terkait dengan pengendalian diri maupun kecuekan dalam bersikap. Oleh karenanya dalam kondisi normal, seorang ayah cenderung lebih mampu menanggapi cerita-cerita anak secara lapang, tidak panik dan sedikit komentar.
Makanya anak-anak yang banyak mendapat kesempatan bercerita, ngobrol, dan curhat dengan sosok ayah akan cenderung lebih mampu mengendalikan diri. Pun ketika menghadapi situasi yang menyulitkan maupun menyenangkan. Begitu juga dengan kecenderungan berpikir sistematis untuk menyusun langkah solutif.
Mengapa demikian?
Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena saat berinteraksi lewat cerita dengan ayah, signal gelombang elektromagnetik dari pola pikir ayah tersambung dengan gelombang pikir anak. Hal inilah yang kemudian ikut terproses dalam penyambungan simpul neuron.
Bagaimana dengan sosok ibu? Ada yang bilang anak perempuan cenderung dekat dengan sosok ibu.
Sosok ibu sebenarnya adalah teman bercerita yang menyenangkan. Bisa menanggapi dengan penuh ekspresif, namun sering kelewat jadi emosional bahkan lebay 😀. Hal ini dikarenakan sosok ibu didominasi hormon esterogen, yaitu hormon yang dibutuhkan untuk menyimpan cinta dalam volume yangg sangat besar.
Dari ibu, gen kecerdasan diturunkan pada anak, dari ayah kecerdasan berpikir anak ditularkan dalam perkembangan otaknya.
Penciptaan Allah atas diri laki-laki dan perempuan memang sudah dirancang sedemikian rupa. Tentu saja untuk saling melengkapi sehingga peran keduanya sangat berharga bagi bertumbuhkembangnya generasi penerus.
Bagaimana Jika Terjadi Hal Sebaliknya?
Bagaimana jika seseorang perempuan merasa sebaliknya? Dirinya merasa sebagai sosok ayah dan suaminya di sosok ibu. Dalam artian suaminya lebih bawel dan lebay, hehehe.
Mungkin saja hal tersebut terjadi dalam sebuah keluarga. Bisa jadi saat kecil sang suami tidak pernah mengenal sosok ayah atau tidak mendapatkan signal dari sosok ayah. Hal tersebut akan berpengaruh pada karakternya saat usia dewasa. Begitu juga dengan si istri yang punya ibu tapi kurang bisa memberikan teladan yang baik.
Bagaimana cara mengatasinya?
Bunda bisa membicarakan hal tersebut pada si ayah ya, karena yang punya hormon testosteron cuma ayah. Fokusnya hanya pada menularkan pola berpikir dan bukan pola perilaku ya, Bunda. Artinya pendekatan yang dilakukan ayah pada anak seharusnya ‘belajar’ untuk bisa jadi tempat curhat yg ‘maskulin’ bagi anak.
Baca Juga: 4 Manfaat Menjadi Pendengar yang Baik Bagi Anak
Apalagi jika memori sang ayah sudah dipenuhi pola perilaku feminin, harus pelan-pelan dalam meyakinkannya. Salah satu caranya bisa dengan selalu memberi kesempatan pada ayah untuk menjadi “heroes” di keluarga. Meskipun untuk hal-hal kecil yang sebenarnya bisa dilakukan bunda. Misalnya saja membuat camilan untuk anak-anak saat bunda tidak di rumah.