Proses belajar secara daring di Indonesia telah berjalan selama lebih dari satu semester. Kebijakan ini diambil lantaran untuk menghindari penyebaran covid-19 yang hingga sekarang belum juga pergi.
Tak bisa dipungkiri jika proses belajar secara online ini menciptakan banyak permasalahan yang dialami oleh anak-anak, orang tua, dan juga guru.
Untuk itulah Air-Langga bersama Pondok Parenting Harum mengadakan webinar yang membahas kemelut belajar dari rumah sekaligus solusi alternatif untuk mengatasinya.
Ketika Belajar dari Rumah Menjadi Kemelut
Dimoderatori oleh Andita Laila F, Praktisi Parenting BMB Air-Langga, acara berlangsung interaktif perihal penanganan anak dan orang tua terkait pembelajaran daring.
Sebelum bunda abyz menyampaikan materi, ada sharing pengalaman dari peserta saat anak-anak belajar daring di rumah.
Sharing dari Ibu Ani Prihariyati merasa anaknya kesulitan belajar secara daring, anaknya kelas 1 SD. Beliau juga mengajar. Menurut beliau mengajar anak sendiri itu sulit karena anaknya merasa lebih nyaman diajar gurunya sendiri. Anak belajar dengan terbawa suasana dan butuh kesabaran luar biasa.
Harapannya materi ini bisa memberikan dukungan secara moral untuk para orang tua agar bisa membersamai anak-anak belajar di kondisi pandemic seperti sekarang.
Menurut Bunda Abyz, setiap metode parenting tidak bisa dianggap sama untuk digunakan kepada setiap keluarga, jadi perlu dimodivikasi sesuai kondisi anak dan keluarga masing-masing. Kita tidak bisa memaksanakan metode yang kita terima.
Mengapa? Ya karena situasi yang dihadapi setiap anak itu berbeda. Bahwa anak-anak dari semua jenjang memiliki kebutuhan berinteraksi dengan teman. Sementara kondisi pandemik membatasi anak untuk bereksplorasi dengan dunia luar, mereka lebih banyak dan lebih sering “harus” berselancar dengan dunia maya.
Gadget, Bukan Solusi untuk Mengeksplorasi Kebutuhan Anak dengan Dunia Luar
Situasi inilah yang mau tidak mau harus dihadapi anak dan gadget sering menjadi sarana utama pemenuhan kebutuhan. Padahal gadget bukanlah solusi terbaik untuk anak dalam mengekplorasi kebutuhan anak dengan dunia luar.
Iya dulu, sekolah gak boleh bawa HP. Lah, sekarang malah wajib kan?
Oleh karenanya jika para orang tua harus tetap kerja baik itu di di rumah maupun kembali ke kantor, diharapkan bisa tetap mendampingi belajar. Meskipun, misalnya waktu bersama anak sangat minim.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak ditemukan orang tua yang kurang atau tidak paham materi pelajaran. Belum lagi yang tidak familiar dengan IT, mau tidak mau dipaksa untuk bisa mengoperasikan google meet, zoom, dll.
Pun pekerjaan domestik yang harus dilakukan. Jika biasanya saat anak-anak berangkat sekolah orang tua melakukan pekerjaan rumah tangga, sekarang harus mengalami perubahan yaitu menemani anak-anak belajar secara daring.
Belum lagi beban ekonomi keluarga yang mungkin harus kehilangan pekerjaan atau ganti profesi sehingga terjadi kepanikan, cemas, dan stress. Inilah situasi yang banyak dihadapi para orang tua saat ini.
Orang tua menyalahkan guru, guru menyalahkan anak, anak menyalahkan ayah bundanya, sehingga terjadi lingkaran menyalahkan yang pada intinya hal tersebut tidaklah dapat menyelesaikan masalah. Hal ini bahkan dapat memperkeruh suasana karena saling menyalahkan.
Nah, hal seperti ini juga bisa menjadi salah satu kemelut dimana masing-masing merasa sulit dengan masalah yang dihadapi sehingga situasi menjadi sangat rumit.
Solusi Alternatif Mengatasi Kemelut Belajar Daring
Fenomena yang terjadi adalah… sengaja atau tidak anak-anak berpeluang besar terpapar hal negatif yang tak terhindarkan dari tayangan internet. Bisa main game, medsos, nonton film, dan hal negatif lainnya.
Selain itu anak-anak juga mengalami kejenuhan dan kebosanan yang luar biasa sehingga mengalami ketidaknyamanan fisik dan psikologis dan memunculkan perubahan perilaku. Awalnya perilaku anak yang baik-baik saja, menjadi tidak baik-baik saja.
Faktanya bagi orang tua, fenomena tersebut membuat orangtua kesulitan menghadapi sikap anak. Pekerjaan orang tua tidak terselesaikan, kesulitan mengelola waktu, hingga muncullah saling menyalahkan karena mindset negatif.
Orang tua pun serba salah dan mengakibatkan stress bahkan depresi. Orang tua menyalahkan anak, bertengkar dengan pasangan, dan juga menyerang guru. Kalau orang tua depresi, korbannya adalah anak. Oleh karenanya kemelut tersebut perlu disadari bersama. Kita harus menemukan formula yang sekiranya bisa memperbaiki keadaan
Walaupun tidak ada solusi sempurna, paling tidak ada usaha bersama untuk mengatasi kemelut tersebut.
Memetakan potensi kekuatan dan keterbatasan
Mengapa harus memetakan potensi kekuatan dan keterbatasan?
Karena setiap anggota keluarga pasti punya potensi kekuatan walau punya keterbatasan. Ayah Bunda bisa memetakan masing-masing potensi kekuatan anggota keluarga dengan cara menghindari berpikir negatif (fokus pada kekurangan atau kesulitan).
Berikut ini contoh sederhana memetakan potensi kekuatan anak:
Kekuatannya: anak memiliki kemauan mengalah untuk tidak bermain di luar karena sedang belajar daring. Selain itu anak juga peduli untuk membantu ibu meski sedang belajar daring, atau anak mandiri belajar tanpa ditemani orang tua. Dan masih banyak lagi pemetaan kekuatan pada anak. Selain kekuatan, anak juga punya keterbatasan ya, ayah bunda. Jangan ragu untuk mengakuinya.
Sebagai orang tua, kita juga harus bisa memetakan keterbatasan diri. Ayah bunda bisa membuat daftar kekuatan yang dimiliki dalam membersamai anak belajar daring.
Misalnya, kita menguasai pembelajaran dan bertanggung jawab membersamai anak. Tapi kita juga punya keterbatasan loh seperti harus bekerja dan tidak bisa menemani anak sepanjang waktu, dan juga kurang telaten mengajari anak.
Ayah bunda juga bisa memetakan kekuatan dan kekurangan anggota keluarga yang lain. Hal ini untuk menjalin kerjasama yang baik dalam keluarga. Kerjasama sangat penting untuk menghadapi situasi pandemi, tidak bisa orang tua mengatasinya sendiri, anak-anak juga harus memahmi dan terlibat dalam proses.
Berperan Bersama dalam Keluarga
Untuk bisa belajar daring dengan baik maka semua harus berperan bersama. Tidak hanya orang tua yang harus ngoyo mendampingi anak. Tidak bisa juga anak yang ngoyo sedangkan orang tua cuek. Untuk bisa berperan secara maksimal maka bisa dengan memperhatikan hal berikut:
• Menerima dan berkompromi dengan situasi
• Membangun kolaborasi anak dan orang tua sesuai dengan fase tumbuh kembang anak
• Membangun kolaborasi keluarga dengan pihak lembaga penyelenggara pendidikan
• Membangun kolaborasi keluarga dengan keluarga lain
• Menumbuhkan kesadaran pentingnya saling menguatkan
• Bersikap terbuka terkait situasi dan kondisi keluarga (disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak)
• Mengupayakan saling terlibat dalam aktivitas (belajar-bekerja) walau hanya melalui kata-kata pendukung
Lalu, bagaimana keterlibatan anak terhadap aktivitas orang tua yang juga bekerja?
Sebagai orang tua, kita bisa memberikan dukungan kepada anak dan kita pun bisa meminta dukungan juga kepada mereka.
Misalnya bunda mengatakan, “Bunda sudah belanja dan memasak nih sejak pagi hingga siang. Mau donk bunda dikasih ucapan terima kasih dan pelukan…”
Jadi, sebisa mungkin kita libatkan anak-anak dalam setiap aktivitas walaupun hanya dalam bentuk verbal seperti ucapan terima kasih.
Hal Apa yang Perlu Diterapkan?
Ada kan beberapa orang tua yang juga berprofesi sebagai guru. Nah, sebagai guru mungkin nyaman-nyaman saja mengajar murid-muridnya, tapi ketika bertindak sebagai orang tua biasanya mengalami kesulitan saat mengajar anaknya.
Menurut Bunda Abyz, dalam hal ini ada yang perlu diperhatikan bahwa proses belajar di rumah bukanlah memindahkan proses belajar sekolah ke rumah. Jadi, saat menghadapi anak-anak kita bukan menghadapi siswa. Ayah-Bunda bisa mengikuti langkah-langkah berikut:
- Ubahlah metode proses belajar yang biasanya dijalani di sekolah dengan metode pembelajaran yang berkesuaian dengan kondisi keluarga. Jadi orang tua bukan berubah menjadi guru tapi tetap orang tua yang membersamai anak.
- Orang tua tidak harus menggantikan sosok guru, namun harus menyadari bahwa pendidik utama anak adalah orang tua.
- Orang tua perlu membahagiakan diri sendiri agar bisa lebih berdamai dengan tugas mendampingi anak belajar.
- Belajar bersama anak tidak berarti harus menguasai semua materi pelajaran. Ajak anak untuk bersama-sama mencari tahu (menumbuhkan potensi pembelajar mandiri).
Lalu, bagaimana cara menyikapi proses mendampingi belajar anak secara daring agar lebih nyaman?
- Berikan apresiasi untuk anak dan diri sendiri sehingga bisa membersamai anak belajar tanpa konflik.
- Berikan empati kepada anak. Usahakan untuk melihat dari sisi usaha anak yang telah mengerjakan tugas. Begitu juga antara orang tua dan guru juga perlu saling memberikan empati.
- Ciptakan aura semangat.
- Berikan contoh nyata yang dapat memudahkan anak untuk memahami tugasnya.
- Dukungan (keberpihakan) antara anak, orang tua, dan guru agar aura semangat lebih tercipta.
Nah, untuk dapat melaksanakan langkah-langkah tersebut dengan baik maka kita perlu membangun kerjasama dengan:
- pihak lembaga penyelenggara pendidikan seperti parenting online, buku panduan, dll.
- sesama orang tua, misalnya saling menjelaskan pelajaran yang kurang dipahami anak
- pihak lain untuk pembelajaran keterampilan sesuai minat anak
Intinya, orang tua tidak merasa sendirian karena bisa bekerjasama dengan banyak pihak sehingga tidak sampai stress apalagi depresi.
Gadget dan Kejenuhan
Biasanya bergadget adalah pilihan yang dianggap paling tepat sekaligus alasan pembenaran untuk mengatasi kejenuhan sebagai dampak anjuran stay at home. Karenanya, kunci pengendaliannya ada pada pengelolaan waktu. Misalnya dengan melibatkan anak-anak pada aktivitas yang bukan rutinitas.
Anak-anak pun tetap perlu terhubung dengan teman-temannya walaupun hanya sesekali. Atau ayah bunda bisa mengajaknya berkunjung ke rumah temannya.
Membuat jadwal untuk bisa berinteraksi dengan komunitas sehobby atau sebaya juga penting. Tapi pastikan tetap berkesuaian dengan standar nilai keluarga ya.
Demikian ulasan singkat dari webinar Air-Langga bersama Pondok Parenting Harum tentang Solusi Alternatif Mengatasi Kemelut Belajar dari Rumah.
Semoga Bermanfaat ya Ayah-Bunda
Salam good parenting untuk Indonesia yang lebih baik. Dari keluarga untuk bangsa ^_^