Tantrum adalah ledakan emosi yang ditandai dengan tangisan keras, hentakan kaki, atau bahkan perilaku destruktif. Ini adalah cara anak-anak mengekspresikan frustrasi, kemarahan, atau kekecewaan yang tidak dapat mereka kelola dengan kata-kata. Pada dasarnya, tantrum adalah manifestasi dari ketidakmampuan anak untuk mengatasi situasi yang membuatnya stres atau marah. Ketika kata-kata gagal, emosi mereka mengambil alih, dan hasilnya adalah tantrum.
Jenis-Jenis Tantrum
Tantrum dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, masing-masing dengan pemicu dan karakteristik yang berbeda.
Tantrum karena Kelelahan
Anak yang terlalu lelah cenderung lebih mudah marah dan rewel. Kelelahan membuat anak lebih sulit mengontrol emosinya.
Tantrum karena Lapar
Rasa lapar, terutama pada anak dengan gula darah rendah, bisa memicu tantrum. Tubuh yang kekurangan energi sering kali merespons dengan cara yang negatif.
Tantrum karena Tidak Mendapatkan Apa yang Diinginkan
Ketika keinginan anak tidak terpenuhi, mereka akan merasa frustrasi dan melampiaskannya dengan tantrum.
Frekuensi Tantrum
Frekuensi tantrum bervariasi antar anak. Beberapa anak mungkin mengalami tantrum setiap hari, sementara yang lain hanya sesekali. Frekuensi ini juga dapat dipengaruhi oleh usia dan tahap perkembangan anak. Anak usia toddler, misalnya, sering mengalami tantrum karena mereka masih belajar mengekspresikan diri dan mengatasi emosi mereka.
Durasi Tantrum
Durasi tantrum juga bervariasi. Ada tantrum yang singkat, hanya beberapa menit, tetapi ada juga yang berlangsung cukup lama. Durasi tantrum dapat dipengaruhi oleh kepribadian anak, lingkungan, dan cara orang tua merespons. Anak yang sering diabaikan saat tantrum mungkin memperpanjang durasinya untuk mendapatkan perhatian.
Faktor Penyebab Tantrum
Faktor Fisiologis
Anak yang terlalu lelah cenderung lebih mudah marah dan rewel. Kelelahan membuat anak lebih rentan terhadap stres.
Rasa lapar dapat memicu tantrum, terutama pada anak yang memiliki gula darah rendah. Kurangnya asupan makanan yang cukup membuat anak lebih mudah marah.
Anak yang sakit atau tidak enak badan mungkin akan lebih sering tantrum karena ketidaknyamanan yang mereka rasakan.
Faktor Psikologis
Ketika keinginan anak tidak terpenuhi, mereka akan merasa frustrasi dan mungkin melampiaskannya dengan tantrum. Anak yang merasa cemas atau takut juga cenderung lebih mudah tantrum. Selain itu perubahan dalam rutinitas atau lingkungan dapat memicu tantrum pada anak.
Faktor Lingkungan
Terlalu banyak rangsangan di sekitar anak dapat membuatnya kewalahan dan memicu tantrum. Anak yang merasa kurang diperhatikan orang tua mungkin akan mencari perhatian dengan cara yang negatif, seperti tantrum. Selain itu konflik dalam keluarga dapat menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi anak dan memicu tantrum.
Faktor Perkembangan
Tantrum paling sering terjadi pada anak usia toddler, yaitu sekitar 1-3 tahun. Pada setiap tahap perkembangan, anak memiliki tantangan dan kebutuhan yang berbeda yang dapat memicu tantrum.
Dampak Tantrum
Tantrum yang sering dapat memengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak. Anak mungkin kesulitan mengontrol emosi, membangun hubungan dengan orang lain, dan mengatasi masalah. Tantrum yang berulang juga bisa mempengaruhi kesehatan mental anak dalam jangka panjang.
Tantrum anak dapat membuat orang tua merasa frustrasi, lelah, dan bahkan bersalah. Orang tua mungkin merasa kesulitan untuk tetap tenang dan konsisten dalam menghadapi tantrum anak. Tekanan emosional ini bisa mengganggu kesejahteraan orang tua dan hubungan mereka dengan anak.
Tantrum anak juga dapat mengganggu lingkungan sosial, seperti di tempat umum atau di sekolah. Tantrum yang sering dapat membuat anak kurang diterima oleh teman-temannya. Selain itu, orang tua mungkin merasa malu atau tertekan saat anak mereka tantrum di depan umum.
Mengatasi Tantrum
Teknik Pengendalian Diri
Orang tua perlu belajar mengendalikan emosi diri sendiri saat anak tantrum. Menghadapi tantrum dengan tenang dapat membantu meredakan situasi dan mengajarkan anak cara mengelola emosi mereka.
Strategi Peningkatan Komunikasi
Orang tua perlu belajar berkomunikasi dengan anak secara efektif, terutama saat anak sedang marah. Mendengarkan dan berbicara dengan lembut dapat membantu anak merasa dimengerti dan dihargai.
Pembentukan Rutinitas Positif
Rutinitas yang konsisten dapat memberikan rasa aman dan mengurangi kecemasan pada anak. Rutinitas membantu anak memahami apa yang diharapkan dan mengurangi kemungkinan terjadinya tantrum.
Menciptakan Lingkungan Kondusif
Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu anak merasa lebih rileks. Menghindari situasi yang dapat memicu stres atau kecemasan juga penting untuk mencegah tantrum.
Pentingnya Dukungan Sosial
Orang tua perlu mencari dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok parenting. Dukungan sosial dapat memberikan saran, dukungan emosional, dan perasaan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi tantangan mengasuh anak.
Dengan memahami penyebab dan cara mengatasi tantrum, orang tua dapat membantu anak mengembangkan keterampilan mengelola emosi yang lebih baik, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang lebih tenang dan bahagia.