Komunikasi adalah media utama dalam proses pengasuhan. Ayah bunda yang pernah nonton film biografinya Hellen Keller berjudul The Miracle Worker pasti paham betapa keterbatasan membuat rumitnya komunikasi sehingga pengasuhan menjadi tidak mudah dilakukan.
Dr Wiwin Hendriani (ilmuwan psikologi) menyampaikan bahwa, “Banyak dari kita menyangka bahwa berkomunikasi dalam proses pengasuhan hanya tentang bagaimana berbicara sesering mungkin dengan anak. Padahal sebenarnya tidak, jarang atau sering bukan ukuran yang utama. Hal yang jauh lebih menentukan daripada itu adalah bagaimana proses komunikasi tersebut dilakukan.”
Salah satu yang harus dilakukan agar komunikasi terjadi secara efektif adalah ‘mengulang’. Nah, banyak yang menerapkannya dengan sering mengulang dalam waktu yang berdekatan. Padahal yang saya maksud adalah, jangan merasa bosan mengulangi penjelasan hingga muncul keluhan “wes bolak-balik tak tak jelasin tapi kok tetep aja”. Jika keluhan ini muncul maka perlu diikhtiarkan modifikasi metode berkaitan dengan cara menyampaikannya. Disinilah kemudian muncul rasa gagal dalam berkomunikasi.
Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab kegagalan dalam proses berkomunikasi dengan anak adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi Saat Ada Masalah Saja
Ayah-bunda biasanya mengajak anak berkomunikasi hanya pada saat ada masalah yang perlu dibahas. Tuh kan, kita aja sebel kalau ada orang yang hanya mau ngajak ngomong saat butuh, hayooo ngaku 😀
2. Bicara Sambil Lalu
Mungkin ayah-bunda sering bicara sambil lalu kepada anak tapi nggak disadari. Misalnya aja menjawab pertanyaan anak sambil baca WA, atau sambil nggoreng tempe dan nonton drakor #eh🤭 Kesannya kan nggak nyimak walau pastinya berusaha tetap mendengarkan. Tapi anak jadi merasa kurang dihargai.
Mungkin dulu ayah-bunda ada yang pernah dicuekin dosen pembimbing pas konsultasi. Dosennya nyambi terima telpon atau sambil tanda-tangan atau apalah. Lalu kita kesal pas beliau menanyakan hal yang baru aja selesai kita jelasin 🤣
3. Emosi
Ini nih… penyakit yg sulit dihindari, kalau ngajak ngomong anak pas lagi emosi biasanya anak malah jadi bingung karena omongan kita udah gak jelas lagi ujung-pangkalnya. Maka anak akan menyimpulkan dengan persepsinya sendiri yang bisa jadi bertolak belakang dengan yang kita maksudkan.
4. Kalimat Meremehkan
Selalu gunakan atau pilih kalimat yang apresiatif ya ayah-bunda. Karena kalimat yang meremehkan akan membuat anak jadi males ngomong apalagi mengikuti omongan kita hehehe…
5. Sarat dengan nasihat atau Terlalu Mengurui
Hal ini pun masih banyak terjadi karena kita sebagai orang tua terlanjur “terpola” dari pengasuhan yang kita alami sejak bayi sampai sekarang. Padahal kebanyakan nasihat yang diisikan ke otak anak justru akan meluber dan menyisakan rasa ketidaknyamanan karena ‘terpojok’ seolah belum bisa ini-itu dan masih begini-begitu. Pada akhirnya berujung pada kekesalan, kekecewaan, dan parahnya ke pemberontakan.
6. Over Kritik dan Minus Apresiasi
Hayooo…. masih ada yang suka begini kah? Biasanya orang tua yang suka mengkritisi diri sendiri, merasa diri sendiri berperilaku negatif, itu akan memperlakukan anak ya begitu juga. Oleh karenanya, yang diingat kekurangan melulu dan akhirnya bawaannya mengeluh terus.
Kalau kita nggak bisa melihat sisi positif anak maka berarti anak juga sedang merasa kesulitan memahami sisi baik orangtuanya. Jadi simpan penilaian negatif pada anak dan sampaikan sisi positifnya agar anak juga bisa memahami sisi positif dari apa yang kita komunikasikan padanya.
Nah, itu dia penyebab kegagalan komunikasi dengan anak. Semoga bermanfaat ya ayah-bunda ^_^