Bayangkan jika R.A. Kartini hidup di zaman ini. Mungkin ia akan menjadi tokoh pendidikan, aktivis digital, atau pemimpin komunitas perempuan.
Tapi satu hal yang tak berubah: semangatnya untuk memberdayakan perempuan dimulai dari rumah, dari peran seorang ibu dan ayah dalam mendidik anak perempuan.
Di era modern, bagaimana kita sebagai orang tua bisa menanamkan semangat Kartini pada buah hati kita?
Memperingati Hari Kartini, Untuk Apa?
Setiap bulan April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam mengangkat derajat kaum perempuan. Perayaan ini bukan sekadar mengenang, melainkan juga momen refleksi: apakah kita telah melanjutkan semangat Kartini dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai orang tua?
Kini, Kartini bukan hanya tentang mengenakan kebaya atau menyanyikan lagu wajib. Kartini adalah simbol perjuangan, pendidikan, dan kemandirian perempuan. Dalam konteks parenting, bagaimana peran orang tua, baik ibu maupun ayah, turut ambil bagian dalam membentuk “Kartini kecil” di rumah?
Mengenal Nilai-Nilai Kartini dalam Konteks Modern
Kartini memperjuangkan pendidikan bagi perempuan karena percaya bahwa perempuan berhak untuk cerdas dan merdeka. Hari ini, nilai-nilai itu masih sangat relevan. Orang tua dapat mengenalkan kisah hidup Kartini dengan cara yang menyenangkan—melalui buku cerita, film, atau aktivitas bertema.
Membangun Rasa Percaya Diri Anak Perempuan Sejak Dini
Salah satu tantangan besar dalam mendidik anak perempuan adalah membentuk kepercayaan dirinya agar ia tak merasa lebih rendah dari siapa pun. Orang tua bisa memulainya dengan memberikan ruang berekspresi, tidak membatasi minat hanya karena gender, dan menghargai setiap pendapatnya.
Pendidikan Setara: Tidak Ada Lagi Label “Tugas Perempuan” atau “Tugas Laki-Laki”
Di rumah, orang tua bisa membiasakan pembagian tugas yang adil. Misalnya, ayah bisa memasak bersama anak perempuan, sementara ibu menemani anak laki-laki mengutak-atik alat perkakas. Dengan begitu, anak-anak memahami bahwa semua hal bisa dipelajari, bukan dibatasi oleh jenis kelamin.
Mendorong Kemandirian Emosional dan Finansial Anak Perempuan
Kartini memperjuangkan kemandirian. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberi bekal keterampilan hidup (life skills) bagi anak perempuan: mengelola emosi, membuat keputusan, serta mengenal konsep uang dan tanggung jawab keuangan.
Ayah sebagai Panutan, Bukan Penonton
Banyak yang menganggap Hari Kartini adalah urusan ibu dan anak perempuan saja. Padahal, ayah memiliki peran besar dalam membentuk citra diri anak. Ayah yang menghargai ibu akan memberikan teladan yang kuat bahwa perempuan layak dihormati. Anak perempuan yang dekat dengan ayahnya cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih kuat.
Mendidik Anak Perempuan Menjadi Pemimpin, Bukan Sekadar Pengikut
Kita hidup di era di mana perempuan bisa menjadi apa saja—dokter, programmer, pemimpin negara, hingga pengusaha sukses. Orang tua dapat mendorong anak perempuan untuk mengambil peran aktif di sekolah, organisasi, bahkan dalam diskusi keluarga.
Menghargai Proses, Bukan Hanya Hasil
Kartini tak meraih semua hal dalam sekejap. Ia berjuang dalam keterbatasan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak perempuan untuk mencintai proses belajar, tidak takut gagal, dan selalu bangkit kembali.
Menjadi Kartini masa kini bukan berarti harus menjadi tokoh publik atau aktivis besar. Setiap ibu dan ayah yang mendidik anak perempuan dengan nilai-nilai kebebasan berpikir, keberanian bertindak, dan semangat belajar tanpa batas, adalah Kartini dan Suaminya di era modern.
Maka, di momen Hari Kartini ini, mari kita tidak hanya mengenakan kebaya atau membuat lomba-lomba tematik. Mari kita tanamkan semangat sejati Kartini dalam keseharian rumah tangga—dengan mendidik anak perempuan menjadi individu yang mandiri, kritis, dan penuh empati.
Kesimpulan
Hari Kartini adalah momentum refleksi bagi orang tua untuk mengkaji ulang peran mereka dalam mendidik generasi perempuan. Perjuangan Kartini belum selesai, tapi kini diteruskan oleh para orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan setara, kepercayaan diri, dan kemandirian dalam mendidik anak perempuan. Karena sesungguhnya, perubahan besar bangsa ini dimulai dari ruang-ruang kecil di rumah kita.