Empati adalah kemampuan untuk memahami, merasakan, dan merespons perasaan orang lain dengan penuh kepedulian. Anak yang berempati mampu melihat dunia dari sudut pandang orang lain, sehingga lebih mudah membangun hubungan yang sehat dan harmonis.
Namun, empati bukanlah sifat bawaan sejak lahir — ia adalah keterampilan sosial dan emosional yang perlu dilatih dan dicontohkan setiap hari.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh penuh empati cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah, kemampuan kerja sama yang lebih baik, dan lebih tangguh menghadapi konflik sosial. Dengan kata lain, empati menjadi fondasi karakter yang kuat untuk kehidupan mereka di masa depan.
Orang Tua Sebagai Cermin Pertama
Anak-anak belajar banyak dari cara orang tua bertindak dan bereaksi terhadap situasi di sekitarnya. Mereka menyerap perilaku dan emosi dari rumah — tempat pertama mereka mengenal dunia. Maka, jika kita ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang peduli, orang tua perlu menjadi contoh nyata dalam bersikap empati.
Misalnya, saat anak kesal karena mainannya rusak, jangan langsung menasihati atau memarahinya. Sebaliknya, berikan ruang untuk mengekspresikan perasaan dan tanggapi dengan empati:
“Ibu tahu kamu kecewa karena mainanmu rusak. Yuk, kita cari cara memperbaikinya.”
Kalimat sederhana seperti ini mengajarkan anak untuk mengenali emosi, menenangkan diri, dan memahami bahwa orang lain pun bisa memiliki perasaan serupa.
Empati juga tumbuh dari cara orang tua memperlakukan orang lain. Anak yang melihat orang tuanya menolong tetangga, berbicara sopan kepada orang tua, atau menghargai perbedaan pendapat, akan lebih mudah meniru perilaku positif tersebut.
Kegiatan Keluarga yang Menumbuhkan Empati
Empati bisa tumbuh dalam rutinitas sederhana di rumah. Tak perlu program besar — yang dibutuhkan hanyalah kebersamaan, percakapan hangat, dan kesempatan untuk berlatih peduli.
Berikut beberapa ide kegiatan yang bisa dilakukan bersama keluarga:
Berbagi cerita sebelum tidur
Saat anak menceritakan pengalamannya hari itu, bantu ia memahami perasaan yang muncul. Misalnya, “Kamu sedih ya tadi temanmu tidak mau bermain?” Dengan cara ini, anak belajar menamai dan mengenali emosinya sendiri.
Baca juga: Mengelola Emosi Orang Tua agar Anak Tumbuh Tangguh dan Tenang
Melibatkan anak dalam kegiatan sosial
Ajak anak berbagi makanan dengan tetangga, mengunjungi panti asuhan, atau menyumbangkan mainan lama. Biarkan ia merasakan bahwa membantu orang lain membawa kebahagiaan, bukan beban.
Bermain peran (role play)
Gunakan boneka, cerita, atau permainan pura-pura untuk menggambarkan situasi sosial. Misalnya, “Bagaimana rasanya kalau kamu jadi teman yang diejek?” Aktivitas ini mengasah kemampuan anak memahami perasaan orang lain melalui imajinasi.
Proyek kebaikan keluarga
Buat kebiasaan kecil seperti “hari berbagi” setiap minggu, di mana seluruh anggota keluarga melakukan tindakan baik — dari menulis ucapan terima kasih hingga menolong orang di sekitar.
Lingkungan Bermain yang Mendukung
Selain keluarga, lingkungan juga memiliki peran besar dalam membentuk empati anak. Anak-anak belajar banyak dari interaksi dengan teman sebaya.
Mereka belajar berbagi, menunggu giliran, meminta maaf, dan menyelesaikan konflik secara sehat.
Orang tua dapat membantu dengan memilih lingkungan bermain yang positif, di mana anak didorong untuk bekerja sama, bukan hanya bersaing. Setelah bermain, ajak anak berbincang untuk merefleksikan pengalamannya:
“Tadi temanmu jatuh, kamu lihat kan? Apa yang bisa kamu lakukan kalau itu terjadi lagi?”
Pertanyaan seperti ini melatih kesadaran emosional dan mengajak anak berpikir dari sudut pandang orang lain.
Selain itu, guru dan pengasuh juga bisa berperan besar. Sekolah dan komunitas yang menanamkan nilai kepedulian, tolong-menolong, serta menghargai perbedaan akan memperkuat pembelajaran empati yang dimulai dari rumah.
Tips Sederhana Menumbuhkan Empati Anak
Bagaimana cara menumbuhkan empati anak?
Dengarkan tanpa menghakimi
Anak butuh merasa didengar agar ia juga mau mendengarkan orang lain.
Kenalkan berbagai perasaan
Gunakan buku cerita atau film anak untuk berdiskusi tentang emosi, “Kira-kira kenapa tokohnya sedih ya?”
Berbagi dalam hal kecil
Biasakan berbagi makanan, mainan, atau waktu bersama saudara dan teman.
Tunjukkan empati lewat tindakan nyata
Ucapkan terima kasih, minta maaf, dan bantu orang lain di depan anak — agar ia melihat empati sebagai bagian alami dari kehidupan.
Beri pujian atas perilaku peduli
Saat anak membantu teman atau menenangkan adiknya, beri apresiasi:
“Kakak luar biasa, sudah berusaha membuat adik tenang.”
Gunakan bahasa tubuh yang hangat
Sentuhan lembut, pelukan, atau pandangan penuh perhatian membantu anak memahami rasa aman dan kasih sayang.
Batasi paparan negatif
Ajari anak untuk bersikap kritis terhadap tayangan atau perilaku kasar yang mereka lihat di media, agar tidak menormalisasi sikap tidak empatik.
Penutup
Empati tumbuh dari hal-hal kecil yang dilakukan setiap hari — dari cara orang tua mendengarkan anak, hingga bagaimana keluarga berinteraksi satu sama lain.
Rumah yang penuh kehangatan dan saling menghargai menjadi sekolah pertama bagi anak untuk belajar peduli.
Ketika anak terbiasa memahami dan menghargai perasaan orang lain, ia bukan hanya tumbuh menjadi pribadi yang ramah dan penyayang, tapi juga akan membawa nilai kebaikan itu ke mana pun ia melangkah.
Dan dari rumah yang sederhana, empati bisa menular, membentuk lingkungan yang lebih hangat, dan masyarakat yang lebih manusiawi.

