Tidaak!
Bu, pernahkah marah ke anak gara-gara nilainya jelek? Padahal sudah diajari tetapi tetap saja nilainya di bawah KKM. Belum lagi kelakuannya di rumah yang bikin geleng-geleng kepala. Misalnya lupa tidak menutup pintu kulkas, tidak memberi makan kucing, malas cuci piring, dll. Kok ya ada aja sih ini anak? Memangnya dia kenapa?
Padahal orang tua selalu berharap anaknya lebih baik darinya. Saat orang tua merasa dulu nilainya pas-pasan akhirnya anak dibelikan buku pelajaran dan ensiklopedi lengkap, dan dipanggilkan guru les privat. Semua karena orang tua punya ‘inner child’ dan masa lalunya kurang enak sehingga ada semacam ‘balas dendam’ agar anaknya lebih baik lagi.
Namun anak merasa menjadi juara kelas adalah sebuah tuntutan karena ia dipaksa untuk belajar dan tidak diperbolehkan menikmati hobinya. Jadinya orang tua dan anak sering bertengkar dan anak makin stress karena tuntutan-tuntutan tersebut.
Ketika anak merasa dituntut maka makin stress dan ada dua reaksi: menolak dengan keras lalu memberontak, atau menerima tetapi diam-diam menangis. Akhirnya ia benci belajar dan bersekolah dengan terpaksa. Semua demi memenuhi ambisi orang tua yang sayangnya tidak mengerti perasaan sang anak.
Perasaan Anak Terhadap Orang Tuanya
Anak-anak yang stress tentu tidak bahagia karena dituntut untuk terus belajar dan berprestasi, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Jika belajarnya tidak ikhlas dan disuruh untuk ranking terus, bisa-bisa melakukan hal negative seperti menyontek, bahkan mencari tahu soal ujian selanjutnya. Sungguh fatal!
Anak juga ada yang dituntut untuk berprestasi di bidang non akademik dan jika ia kurang menikmatinya tentu akan merasa tersiksa. Mau minta berhenti untuk les menari atau sepatu roda takut karena modal yang dikeluarkan orang tua sudah besar. Akhirnya ia menangis diam-diam.
Ketika anak stress maka kelakuannya di rumah jadi ‘ajaib’ alias bikin orang tuanya ngelus dada. Misalnya malas bersiap-siap di pagi hari, malas cuci piring, bentak-bentak kucing. Sampai orang tuanya pusing tujuh keliling.
Padahal Orang Tua Kelakuannya Seperti Ini
Anak yang memberontak karena tuntutan-tuntutan orang tua, juga merasa bahwa ibu atau ayahnya tidak menunjukkan usaha untuk jadi lebih baik. Di rumah juga malas-malasan, tidak mendampingi anak belajar tetapi tuntutannya setinggi langit.
Bisa jadi orang tua juga punya inner child yang dulu selalu dituntut dan akhirnya menuntut anak untuk patuh dan rajin belajar. Namun ia lupa untuk tidak memberi contoh yang baik. Ia juga seharusnya menyembuhkan inner child sehingga tidak punya beban di hati yang akan ditimpakan pada anaknya.
Inner Child Orang tua yang Wajib Disembuhkan
Lantas bagaimana menyembuhkan inner child orang tua? Jika punya memori negative maka seharusnya yang diterapi adalah ayah dan ibu, bukan anak. Untuk menyembuhkan dan menumbuhkan penerimaan serta keikhlasan tentu butuh bantuan professional. Misalnya ke psikolog yang bisa mencari akar masalah dan menemukan inner child orang tua.
Jangan ragu atau malu untuk datang ke kantor psikolog karena semua orang punya masalah dan inner child juga wajib disembuhkan. Dengan menggali akar masalah dan menemukan cara penerimaan maka orang tua bisa belajar memaafkan masa lalu dan menyembuhkan inner child.
Akibatnya anak jadi bahagia karena orang tua tak lagi menuntut dengan tekanan tinggi, tetapi menuntun dengan sabar. Orang tua memberi teladan, bukan teriakan. Keluarga jadi harmonis kembali dan tidak ada petengkaran lagi.