Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana anak tiba-tiba menjadi rewel atau sensitif ketika orang tua sedang stres? Itu bukan kebetulan. Anak adalah cermin emosional dari orang tuanya. Mereka mungkin belum bisa memahami kata-kata dengan sempurna, tetapi sangat peka terhadap nada suara, ekspresi wajah, dan suasana hati di rumah.
Ketika orang tua mampu mengelola emosinya dengan baik, suasana rumah menjadi tenang, dan anak pun belajar untuk menenangkan dirinya. Sebaliknya, jika orang tua sering menunjukkan kemarahan, kecemasan, atau frustrasi, anak akan mudah meniru pola reaksi yang sama.
Dengan kata lain, emosi orang tua menjadi fondasi bagi ketangguhan emosional anak.
📎 Baca juga: Membangun Koneksi Emosional dengan Anak di Rumah
Mengapa Regulasi Emosi Orang Tua Begitu Penting?
Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar. Maka, cara terbaik mengajarkan ketenangan adalah dengan menunjukkan bagaimana cara menenangkan diri.
Regulasi emosi berarti kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola perasaan agar tidak meledak atau menular secara negatif.
Saat orang tua bisa menenangkan diri di tengah tekanan, anak akan belajar bahwa emosi boleh muncul, tapi tidak harus menguasai diri kita.
Misalnya, ketika anak berbuat kesalahan dan orang tua merasa kesal, daripada langsung membentak, cobalah berhenti sejenak. Ambil napas, lalu ucapkan dengan tenang:
“Ibu sedang marah, tapi Ibu ingin bicara baik-baik dulu ya.”
Kalimat sederhana ini memberi pesan kuat pada anak bahwa marah itu wajar, namun kita tetap bisa mengelolanya dengan bijak.
📎 Baca juga: Anak Tenang Karena Orang Tua Terkoneksi
Anak Adalah Refleksi dari Suasana Hati Orang Tua
Anak-anak belum memiliki kemampuan untuk memisahkan emosi mereka dari emosi orang tuanya. Mereka “menyerap” energi emosional di rumah tanpa disadari.
Ketika suasana hati orang tua mudah berubah — hari ini lembut, besok meledak — anak menjadi bingung dan cemas. Mereka belajar untuk selalu “siaga”, bukan tenang.
Sementara itu, rumah yang penuh ketenangan dan kehadiran emosional membuat anak merasa aman. Rasa aman inilah yang menjadi dasar ketangguhan emosi.
Anak yang tumbuh dalam lingkungan tenang akan lebih mudah menghadapi frustrasi, lebih cepat pulih dari kekecewaan, dan lebih percaya diri menghadapi tantangan.
Maka, sebelum kita menuntut anak untuk “tidak menangis”, “sabar”, atau “tenang”, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri:
“Apakah saya sudah memberi contoh ketenangan yang mereka butuhkan?”
📎 Baca juga: Peran Lingkungan dalam Pembentukan Karakter Anak
Teknik Mindfulness Sederhana untuk Orang Tua
Mengelola emosi bukan berarti menahan atau menolak perasaan, tetapi menyadari dan mengelolanya dengan lembut. Salah satu cara paling efektif adalah dengan latihan mindfulness — kesadaran penuh terhadap apa yang terjadi di dalam diri dan di sekitar kita, tanpa menghakimi.
Berikut beberapa teknik sederhana yang bisa Anda coba di rumah:
1. Napasan Sadar
Saat merasa tegang atau marah, ambil jeda. Tarik napas dalam 4 detik, tahan 2 detik, lalu hembuskan perlahan 6 detik.
Ulangi 3–5 kali sambil berkata dalam hati: “Saya memilih untuk tenang.”
Latihan ini membantu tubuh kembali ke kondisi stabil dan memberi waktu bagi otak untuk berpikir jernih sebelum bereaksi.
2. Perhatian pada Tubuh
Luangkan waktu sejenak untuk menyadari apa yang tubuh rasakan — tegang di bahu, dada sesak, atau kepala berat.
Alih-alih melawannya, katakan pada diri sendiri, “Saya menyadari rasa ini, dan saya izinkan ia berlalu.”
Kesadaran tubuh ini membuat emosi tidak menumpuk menjadi stres kronis.
3. Mindful Parenting: Hadir Sepenuhnya
Saat bermain atau berbicara dengan anak, letakkan ponsel, hentikan aktivitas lain, dan tatap mata anak.
Hadir sepenuhnya beberapa menit saja sudah cukup untuk membuat anak merasa dihargai dan dicintai.
4. Jurnal Emosi
Sebelum tidur, tulis apa yang Anda rasakan hari ini dan bagaimana Anda menanggapinya. Ini membantu mengenali pola emosi dan belajar bereaksi lebih sehat di masa depan.
5. Berlatih Bersyukur
Setiap malam, sebutkan tiga hal kecil yang Anda syukuri.
Kebiasaan ini memperkuat emosi positif dan membantu otak lebih fokus pada hal-hal baik, bukan hanya masalah.
📎 Baca juga: Belajar Nilai Hidup dari Aktivitas Sehari-hari Anak
Menjadi Orang Tua yang Tumbuh Bersama Anak
Ketenangan bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil dari latihan berulang. Begitu pula menjadi orang tua yang mampu mengelola emosi — proses ini membutuhkan waktu dan kesadaran.
Anak tidak membutuhkan orang tua yang sempurna, tetapi yang hadir dan mau belajar bersama.
Setiap kali Anda berusaha menenangkan diri, mendengarkan anak tanpa menghakimi, atau memaafkan diri sendiri saat marah, Anda sedang menunjukkan bahwa belajar mengelola emosi adalah bagian dari kehidupan.
Rumah yang diwarnai ketenangan dan empati akan melahirkan anak-anak yang tangguh, mampu menghadapi dunia dengan hati yang kuat dan pikiran yang jernih.
Karena sejatinya, anak yang tenang tumbuh dari orang tua yang mampu menenangkan dirinya sendiri.

